Anime

Minggu, 17 Juni 2012

Laporan kompleksometri

KOMPLEKSOMETRI (LAPORAN PERAKTIKUM)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Satu dari jenis-jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan suatu kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi. Suatu contoh adalah dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil :
Ag + + 2 CN- Ag(CN)2­-
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari komlpeks diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan koordinasi dua, dan sianidanya merupakan ligannya.
Reaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai asam-basa lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang electron. Kepada kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam bebeapa keadaan interaksi dapat merupakan gaya penarik coulomb.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul diantaranya sebagai berikut :
  1. Landasan Teori
  2. Alat dan Bahan
  3. Cara Kerja
  4. Data Pengamatan
  5. Hasil Pengamatan
  6. Pembahasan

1.3 Perumusan Masalah
1. Apa landasan teori kompleksometri?
2. Apa sajakah alat dan bahan yang digunakan pada titrasi kompleksometri?
3. Bagaimanakah cara kerja ttitrasi kompleksometri?
4. Apa saja data pengamatan titrasi kompleksometri?
5. Apa hasil pengamatan titrasi kompleksometri?
6. Bagaimanakah pembahasan titrasi kompleksometri?

1.4 Tujuan Penelitian
·         Untuk menentukan  pemakaian titrasi Na-EDTA untuk contoh
·         Untuk menetukan kadar Ca2+ dalam contoh

1.5 Prinsip Penelitian
Larutan contoh yang mengandung Ca+ dititrasi oleh Na-EDTA ditambah indikator EBT, dengan titik akhir titrasi ditandai perubahan warna dari warna merah anggur menjadi warna biru laut (setelah titrasi).

1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mengetahui cara kerja melakukan titrasi kompleksometri
2.      Dapat mengetahui cara menentukan kadar Ca2+ dalam titrasi kompleksometri
3.      Dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat dalam titrasi kompleksometri dengan baik dan benar










BAB II
ISI

2.1 Landasan Teori
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :
Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
(Khopkar, 2002).
 Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :
M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
Kompleksometri merupakan metoda titrasi yang pada reaksinya terjadi pembentukan larutan atau senyawa kompleks dengan kata lain membentuk hash berupa kompleks. Untuk dapat dipakai sebagai dasar suatu titrasi, reaksi pembentukan kompleks disamping harus memenuhi persyaratan umum amok titrasi, make kompleks yang terjadi hams stabil. Titrasi ini biasanya digunakan untuk penetapan kadar logam polivalen atau senyawanya dengan menggunakan NaaEDTA sebagai titran pembentuk kompleks (Tim Penyusun, 1983).




Tabel Kompleksometri
Logam
Ligan
Kompleks
Bilangan koordinasi
Logam
Geometri
Reaktivitas
Ag+
NH3
Ag(NH3)2+
2
Linier
Labil
Hg2+
Cl-
HgC12
2
Linier
Labil
Cu2+
NH3
Cu(NH3)42+
4
Tetrahedral
Labil
Ni2+
CN-
Ni(CN)42-
4
Persegi
planar
Labil
Co2+
H2O
CO(H2O)62+
6
Oktahedral
Labil
Co3+
NH3
Co(NH3)63+
6
Oktahedral
Inert
Cr3+
CN-
Cr(CN)63-
6
Oktahedral
Inert
Fe 3+
CN-
Fe(CN)63-
6
Oktahedral
Inert

Selaktivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, missal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat, contohnya : Eriochrome black T dan Asam salisilat.
Penentuan Ca dn Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrome black T. pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indicator murexide (Basset, 1994). Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai pada percobaan kompleksometri.

2.2 Alat dan Bahan
*Alat :
 - Neraca Analitik
 - Gelas Kimia
 - Labu ukur
 - Labu Erlenmeyer
 - Buret
 - Pipet Gondok
 - Balm Pip
 - Botol Reagen
 - Etiket

*Bahan :
 - Na-EDTA
 - CaCl2 2H2O
 - Buffer pH 10
 - Indikator EBT 0,5 %
 - Aqua DM

2.3 Cara Kerja
  1. Menstandarkan Larutan Na-EDTA ± 0,1 M terhadap CaCl2 2H2O
1.      Ditimbang secara analitik ± 0,3576 gram CaCl2 2H2O dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml.
2.      Ditambahkan 75 ml Aqua DM, 5 ml buffer pH 10, dan 3-5 tetes indicator EBT 0,5%  ke dalam labu Erlenmeyer.
3.      Dititrasi dengan Na-EDTA 0,1 M sampai warna larutan tepat berubah dari merah anggur menjadi biru laut.
4.      Dihitung Moralitas Na-EDTA ± 0,1 M yang sebenarnya :
M Na-EDTA = ­­­­ gr CaCl2  x    1000
                                            Mr CaCl2      ml titran
                                        =  0,3836 gr  x   1000
                                             147,02          23,90
                                        =  0,1092 M

B.    Menentukan Kadar Ca+ dalam CaCl 2 2H2O
1.      Ditimbang dengan teliti ± 3,7 gram sampel, dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml kemudian dilarutkan sampai tanda batas volume dan dihomogenkan dengan cara membolak-balikkan labu ukur.
2.      Dipipet 25 ml larutan contoh, dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 75 ml aqua DM, 5 ml buffer pH 10, dan 3-5 tetes indikator EBT 0,5%.
3.      Dititrasi dengan Na-EDTA 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru laut. Dicatat pemakaian Na-EDTA.
4.      Dihitung kadar Ca2+ dalam sampel tersebut :
=   1000/250 x 250/25 x ml EDTA x N EDTA x Ar Ca
                                          1000
=   1000/250 x 250/25 x 9,30 ml Na-EDTA x 40
                                          1000
=  1,5758 gram/liter

2.4 Data Pengamatan
Ø  Berat CaCl2 = 0,3836 gram
Ø  Standarisasi Na-EDTA oleh CaCl2 =  23,90 ml
·         Moralitas Na-EDTA = 0,3836 gr  x  1000        =  0,1092 M
                                                                         147,02            23,90
·         Data Moralitas :
M1 = 0,0993 M
M2 = 0,0979 M
M3 = 0,1075 M
M4 = 0,1043 M
M5 = 0,1078 M
M6 = 0,1004 M
M7 = 0,1062 M
M8 = 0,1101 M
M9 = 0,1092 M
M10 = 0,1160 M
                                   





Ø  Rata-rata M = M1+M2+M3+M4+M5+M6+M7+M8+M9+M10
                                                                        10
                                =  1,0587
                                       10
                                =  0,1059 M

Ø  Pemakaian Titrasi Na-EDTA 0,1059 M untuk contoh



1
2
3

( ml )
( ml )
( ml )
Titik akhir
:
9,20
9,30
9,40
Titik awal         
:
0,00
0,00
0,00
Pemakaian
:
9,20
9,30
9,40
Rata-rata Pemakaian
:
          9,20 + 9,30 + 9,40   =  9,30 ml
                         3


2.5 Hasil Pengamatan
·         Pemakaian Titrasi Na-EDTA :
Rata-rata M = M1+M2+M3+M4+M5+M6+M7+M8+M9+M10
                                                                        10
                                                         =  1,0587
                                                                 10
                                                         =  0,1059 M
·         Kadar Ca2+ dalam contoh :
=  1000/250  x  250/25  x  9,30 ml Na-EDTA  x  0,1059 M  x  40
                                                               1000
=   1,5758 gram/liter

2.6 Pembahasan
Pada percobaan kompleksometri ini didapatkan kadar Ca2+ 1,5758 gram/liter dengan pemakaian titrasi Na-EDTA 0,1059 M. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan warna dari merah anggur menjadi biru laut. Perubahan warna tersebut disebabkan karena adanya kandungan Ca2+ dalam larutan contoh dan titrasi dapat berlangsung lebih cepat karena pada titrasi ini dilakukan penambahan indikator EBT 0,5 %. Selain untuk mempercepat titrasi, indikator juga digunakan untuk menunjukkan perubahan warna pada titik akhir titrasi. Perubahan warna tidak hanya karena ionisasi tetapi juga karena perubahan struktur molekul suatu indikator.
Titrasi kompleksometri sangat dipengaruhi oleh pH. Hanya pada harga-harga pH lebih besar kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tetraanion Y'-. Pada harga-harga pH yang lebih rendah, zat yang berproton HY3-, dan seterusnya, ada dalam jumlah berlebihan. Jelaslah bahwa kecenderungan yang sebenarnya untuk membentuk khelonat logam pada sembarang pH tidak dapat diperbedakan langsung, dari Kabs. Oleh sebab itu, pada titrasi kompleksometri ini juga dilakukan penambahan buffer pH 10.
Prinsip perubahan warna indikator logam, dalam larutan yang suasananya sederhana dalam mentitrasi logam, M+m oleh EDTA dengan memakai indikator Ind- akan tersangkut 3 jenis reaksi dalam hubungannya dengan perubahan warna indikatornya.

(i)                 M+m + Z-z  à  MZm-z
(ii)               M+m + Ind-i  à  MIm-i
(iii)             M+m + Y-4  à  MYm-4
Sebelum penambahan EDTA akan berlangsung reaksi (i) dan (ii)
Pada percobaan ini juga dilakukan penambahan Na-EDTA, dengan penambahan EDTA maka reaksi (ii) dan (i) begeser ke kiri dan perubahan warna MInd ke warna Ind-i.
Sehingga hasil reaksi pada titrasi kompleksometri dalam percobaan ini adalah :
Ca-EBT (merah anggur)  + Na-EDTA à Ca-EDTA + EBT (biru laut)

























BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi.
Titrasi kompleksometri sangat dipengaruhi oleh pH. Hanya pada harga-harga pH lebih besar kira-kira 12, kebanyakan EDTA ada dalam bentuk tetraanion Y'-. Pada harga-harga pH yang lebih rendah, zat yang berproton HY3-, dan seterusnya, ada dalam jumlah berlebihan. Jelaslah bahwa kecenderungan yang sebenarnya untuk membentuk khelonat logam pada sembarang pH tidak dapat diperbedakan langsung, dari Kabs (Underwood,1994).
Dalam praktikum ini menimbulkan perubahan warna dari merah anggur menjadi biru laut. Reaksi pada titrasi kompleksometri ini adalah :
Ca-EBT (merah anggur)  + Na-EDTA à Ca-EDTA + EBT (biru laut)
Adanya perubahan warna dari merah anggur menjadi biru laut pada percobaan ini mungkin disebabkan oleh di dalam sampel tersebut memiliki atau  mengandung ion Ca2+ dan titrasi perubahan warna dapat berlangsung dengan cepat karena penambahan indikator seperti indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah indikator EBT 0,5%.

3.2 Saran
Pada saat praktikum, diharapkan para praktikan supaya teliti, karena dalam pencampuran larutan apabila terdapat kesalahan maka akan mempengaruhi pada hasil akhir percobaan yang dilakukan. Perubahan warna dalam titrasi ini dari merah anggur ke biru laut menjadi factor penting. Lakukanlah praktikum dengan teliti dan hati-hati.
 DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, Mamat. 2010. Modul Teori Kimia Analitik. Cimahi : Poltekkes Bandung.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar