Anime

Selasa, 19 Juni 2012

MAKALAH EGOIS (KARAKTERISTIK)


SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
KELOMPOK I
PERSONAL DEVELOPMENT
 
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita pernah mendengar istilah atau kata egois, egois secara umum dapat di artikan sebagai “terlalu mementingkan diri sendiri”.atau seseorang yang tak bisa mengontrol egonya. nyaris hampir semua orang di zaman sekarang pasti pernah mengatakan tentang egois, seperti “kamu egois” atau “kenapa aku egois?” .hal ini biasanya di ucapkan dalam dua situasi, pertama saat menyadari kesalahan sendiri dan kedua saat menyadari kesalahan orang lain.dan  biasanya ini di katakan kepada seseorang yang berpengaruh dalam hidupnya seperti saudara atau munkin pacar. hal itu merupakan hal yang lumrah pada zaman sekarang ini dan secara tidak langsung ini menunjukan kalau egois itu telah menjadi sifat dasar manusia di zaman sekarang ini. Sebagai contoh lain adalah para koruptor yang sedang meraja rela di negeri ini yang hanya memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan orang lain yang berharap pada apa yang bisa dia berikan, dan tanpa menyadari untuk apa dia di jadikan.
Dalam setiap peralatan pasti mempunyai apa yang namanya software atau bisa di bilang sebagai sesuatu yang mengontrol suatu program di dalam peralatan itu agar peralatan dapat berjalan seperti apa yang kita inginkan. Nah semua itu sama halnya dengan diri ini, jika ingin menjadi yang terbaik bagi diri dan orang lain maka kontrollah diri kita sendiri (do be the best). Kita telah ketahui bahwa egois itu merupakan bagian dari pengendalian diri,maka cara mengatasinya adalah belajarlah untuk mengetahui diri kita dan dan kalau kita tahu maka kita akan bisa untuk mengendalikannya dengan kedua hal  itu kita bakal tau apa yang harus kita lakukan untuk menjadi yang lebih baik. karena walau bagaimana pun jika kita pandai untuk mengontrol diri maka semua akan baik-baik saja “all is well”.
Uraian di atas adalah dasar yang mendorong kami untuk mengetahui lebih jauh tentang apa yang di namakan tentang sifat egois itu sendiri semoga uraian kami bermanfaat bagi kita semua ..amiin





Tujuan
Tujuan Umum :
·         Untuk mengetahui apa itu egois ?
·         Mengetahui tentang egois
·         mengetahui manfaat dan dampak egois
·         mengetahui cirri-ciri pribadi yang egois
·         mengetahui penggolongan teori egoism
·         mengetahui penyebab egois
·         mengetahui contoh-contoh kasus egois
·         mengatahui cara mengatasi egoiis
·         mengetahui keriteria orang yang egois
·         tips jitu menuju perubahan

Tujuan khusus :
Ø  Untuk memenuhi salah satu tugas Personal Development
Ø  Sebagai salah satu syarat UTS



















BAB II
PEMBAHASAN

A.Apa itu egois ?http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/64/Ganesha_Basohli_miniature_circa_1730_Dubost_p73.jpg/180px-Ganesha_Basohli_miniature_circa_1730_Dubost_p73.jpg
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah "egois".
Hal ini berkaitan erat dengan, atau "mencintai diri sendiri," dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain.
Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan nilai kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai lebih didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk "egoisme empiris" bisa sama dengan egoisme, selama nilai manfaat individu diri sendirinya masih dianggap sempurna.
Istilah "egoisme" berasal dari bahasa Yunani yakni  yang berarti "Diri" atau "Saya", dan yang digunakan untuk menunjukkan filsafat. Dengan demikian, istilah ini etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, di sekitar kita banyak terdapat beranekaragam type, karakter, kepribadian manusia yang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan ini. Ketika berinteraksi itu tak jarang terjadi gesekan yang bisa membuat salah satu atau semua pihak merasa tersakiti. Efeknya dapat menimbulkan rasa kecewa, kesal dan marah. Hal ini mungkin disebabkan karena ucapan, tulisan atau perbuatan kita yang bagi orang lain serasa telah menyinggung. Pada saat seseorang merasa tersakiti atau kecewa, bisa saja seketika itu juga dia bisa memaafkan orang yang menyakitinya, namun belum tentu dia bisa melupakan (secara langsung) kejadian itu.
Seperti kata petuah bijak, "Berbuat kebaikan itu bagaikan guyuran hujan disaat kemarau, segarnya bisa dirasakan oleh semua orang. Namun berbuat keburukan ibarat menancapkan paku pada sebuah kayu, andai sudah dicabut pakunya tapi bekasnya akan selalu ada”

            Para ahli psikologi klinis dan eksperimental, setelah meneliti ribuan kasus orang yang sesungguhnya dengan segala macam masalahnya, sampai pada kesimpulan bahwa dahaga akan ego juga bersifat universal danalami seperti kelaparan akan makanan. Dan makanan bagi ego memenuhi tujuan yang sama seperti makanan bagi tubuh. Tubuh memerlukan makanan untuk bisa mempertahankan kelangsungan hidup. Ego, atau kepribadian setiap individu yang unik, memerlukan penghargaan dan persetujuan serta rasa puas karena telah mencapai sesuatu.

Ego yang lapar adalah ego yang jahat. Memperbandingkan ego dengan perut sangat tepat untuk menjelaskan mengapa orang bertindak sebagaiman yang mereka lakukan. Seseorang yang makan kenyang tiga kali sehari tidak terlalu memikirkan perutnya. Tetapi seseorang yang tidak makan satu atau dua hari menjadi benar-benar lapar dan seluruh kepribadiannya tampak berubah, dari orang yang pemurah, periang dan baik hati, dia cenderung akan menjadi suka bertengkar dan jahat. Dia jadi lebih suka mencela. Tidak ada suatu apapun yang memuaskannya. Tidak ada gunanya bagi teman-teanyang beritikad baik untuk menghampirinya dan mengatakan bahwa masalahnya hanyalah bahwa dia “terlalu pemperhatikan perutnya” dan bahwa dia harus mengalihkan pikiran dari perutnya.
Demikian pula tidak ada manfaatnya mengatakan kepadanya bahwa dia akan bisa mengatasi sifat “memntingkan perutnya sendiri” dan bahwa itu berarti menyesuaikan diri dengan tuntutan alam akan kelestarian. Alam telah menempatkan insting dalam setiap makhluk hidup yang mengatakan “Anda dan kebutuhan dasar Anda didahulukan”. Singkatnya dia harus makan, dan memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri, sebelum dia bisa memberikan perhatian kepada hal-hal lainnya.

Demikian pula halnya dengan orang yang mementingkan diri sendiri. Bagi pribadi yang sehat jasmani dan rohani serta normal, alam menuntut takaran tertentu penerimaan diri dan persetujuan diri. Dan tidak ada manfaatnya mengecam orang yang mementingkan diri sendiri dan menyuruhnya mengalihkan pikiran dari dirinya sendiri. Dia tidak bisa mengalihkan pikiran dari dirinya sebelum dahaganya akan ego belum terpuaskan. Setelah itu, dia pasti akan mengalihkan pikiran dari dirinya sendiri, dan memberikan perhatiannya kepada pekerjaannya, serta kepada orang lain dan kebutuhan mereka.





B.Tentang egois !

Pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang egois. Ini sudah dijelaskan oleh berbagai ilmu pengetahuan, yang antara lain:
  1. Berdasarkan ilmu Perkembangan, sifat egois sudah ada dari kita masih balita yaitu egocentrism. Egocentrism adalah tingkah laku anak yang tidak dapat menempatkan dirinya di posisi orang lain. Misalnya: Ingin selalu diperhatikan, pendapatnya harus bisa diterima, mengharap orang lain memahami dirinya padahal dirinya tidak pernah mau memahami orang lain.
  2. Berdasarkan ilmu Antropologi, setiap manusia memang bersifat antroposentris, yakni melakukan sesuatu yang didasarkan pada kepentingan dirinya. Misalnya: Orang melakukan sesuatu karena ingin memenuhi kebutuhan dan memuaskan diri dengan apa yang disukai. Dia berhubungan dengan orang lain untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginannya. Manusia disebut makhluk sosial adalah karena sama-sama tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, tapi membutuhkan orang lain.
  3. Menurut Sigmund Freud manusia memiliki struktur kepribadian yang dibagi menjadi tiga (3), yaitu id, ego, dan superego.
a.     Id adalah keinginan paling liar yang dimiliki setiap orang (makan, minum, sex).
b.    Superego adalah norma-norma di luar diri kita.
c.     Ego adalah diri kita yang bersifat memutuskan, apakah kita lebih memilih id atau ego dan bagaimana id bisa terpuaskan dengan tetap memperhitungkan superego.
Ketika seseorang terlalu mementingkan id-nya, maka orang tersebut menjadi orang yg menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhannya. Frued menyebut orang seperti ini sebagai idish (mementingkan id-nya) dan kita biasa menyebutnya egois.


C.Manfaat dan dampak egois
Manfaat egois bagi kehidupan :
ü  Terlalu ingin melindungi orang yang penting didalam hidup kita demi keselamatannya.
ü  Suka mengatur untuk kebaikan.
ü  Tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik.
ü  Selalu berusaha dan pantang menyerah walaupun sering mengalami kegagalan.
ü  Membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk.

Dampak egois bagi kehidupan :
Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. Malangnya, makin terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang salah. Pada akhirnya orang yang egois hidup dalam kesendirian.
Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat dan makin hari makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun berelasi, relasi yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan pengorbanan.
dan hal-hal di atas dapat di ringkas menjadi sebagai berikut :
ü  Merasa diri selalu benar dan hebat.
ü  Suka membantah bila dinasehati yang baik.
ü  Gaya hidup yang terlalu bebas tanpa aturan dan orang lain tidak berhak melarang.
ü  Memuaskan diri sendiri dengan merugikan orang lain.
ü  Tidak perduli dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya.


 D.Ciri-Ciri Pribadi yang Egois
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAok8B3A7b7vIHjrCqIrpOZJ_D6UmrBRyMFH6GncybpmfoosGQ4ElGO8nJ68_tUDIPh3WQyHz8MZzWJvXMiMzT4txBBbNPfgyLr2zel33od9kZEoDiunaYMoLXlhu5bem4jY3i8978Ylzf/s400/iages.jpeg
Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya; tidak dapat melihat dari sudut pandang orang lain, apa lagi merasakan apa yang orang lain rasakan. Jadi, tidak mudah untuk berbincang dengannya kerana ia akan berusaha agar kita menuruti pendapatnya.
Hanya memikirkan kepentingan peribadinya; jadi, apa yang dilakukannya selalu untuk kepentingan peribadi, bukan ikhlas untuk kepentingan orang lain. Ia tidak mengenal erti pengorbanan dan ketulusan; semua hal diperkirakan berdasarkan untung ruginya.
Kesan Peribadi Yang Ego. Orang sekeliling sukar menerimanya kerana tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri. Daripada terjadi konflik, pada umumnya orang sekeling akan menjauhkan diri dari berhubungan dengannya sehingga ia terpaksa hidup bersendirian. Malangnya, semakin kesunyian, semakin ia menganggap bahawa orang sekeliling yang salah. Pada akhirnya orang yang ego hidup dalam bersendirian. Sahabat pun sukar untuk mempercayainya sebab mereka menilai ia tidak jujur. Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya hubungannya dengan yang lain tersekat dan semakin hari semakin sedikit orang yang bersedia berkawan dengannya. seandainya bersahabatpun, hubungan yang terjalin merupakan hubungan timbal-balik, tanpa keikhlasan dan pengorbanan.
Secara garis besar egois di bagi menjadi dua level yaitu :
A. Ciri - ciri orang egois pada level I adalah:
1.    Suka membuang makanan sementara ada orang yang kelaparan.
2.    Suka menghamburkan uang sementara banyak orang yang membutuhkan.
3.    Membuang sampah sembarangan sehingga dapat merugikan banyak orang.
4.    Merokok di tempat umum tanpa peduli ada orang lain di sekitarnya.
5.    Mendengarkan musik keras-keras saat orang lain sedang beristirahat atau beribadah.

B. Ciri – ciri orang egois level II adalah:
1.    Mampu bersenang-senang sementara ada orang di sekitarnya yang menderita karenanya.
2.    Setiap kali menyakiti tidak pernah berkata maaf.
3.    Tidak berusaha memperbaiki kesalahannya yang berakibat buruk untuk orang lain.
4.    Selalu ingin menang sendiri, setiap keinginannya harus terpenuhi dengan cara apapun.
5.    Merasa dirinya hebat dan tidak membutuhkan orang lain.










E.Penggolongan Teori Egoisme
1.Egoisme Psikologis
1.1. Pendapat pokok faham egoisme psikologis:
Egoisme psikologis pada pokoknya berpendapat bahwa kodrat manusia dalam kenyataannya secara psikologis cenderung memilih tindakan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Menurut faham ini, apa yang disebut sebagai sikap altruis (y.i. sikap mau mencintai dan berkorban diri demi kepentingan orang lain) hanyalah mitos belaka. Kalau dalam praktek kehidupan sehari-hari nampaknya terjadi, hal itu memang hanya nampaknya saja demikian. Sebab apabila orang mau meneliti apa motivasi sesungguhnya yang mendorong dilakukan tindakan itu, akan menjadi nyata bahwa tindakan altruis itu tidak lain hanyalah bentuk terselubung dari cinta diri.
1.2. Argumentasi untuk menolak kemungkinan adanya sikap altruis sungguh-sungguh:
1.2.1. Setiap tindakan yang dilakukan dengan bebas pada dasarnya muncul dari pilihan pelakunya untuk melakukan sesuatu yang paling ia ingini untuk dilakukan. Misalnya seorang yang menyumbangkan uangnya ke proyek sosial pengumpulan dana bagi para korban gempa bumi tidak dapat dikatakan bahwa ia bersikap altruis, sedangkan yang memakainya untuk menonton film bersikap egois. Karena pada keduanya, si pelaku hanyalah melakukan apa yang masing-masing memang paling mereka ingin lakukan. Yang satu justru merasa senang dan bahagia kalau dia dapat menyumbangkan uangnya pada proyek sosial, sedangkan yang lain merasa senang dan bahagia kalau dapat melakasanakan apa yang ia inginkan, dan dalam hal ini yang ia inginkan adalah menonton film. Jadi kedua-duanya sebenarnya mencari apa yang menguntungkan untuk dirinya sendiri.
1.2.2. Suatu tindakan hanya nampaknya saja tidak bersifat egois atau altruis. Kalau motivasi sesungguhnya dapat diketahui, maka akan menjadi nyata bahwa tindakan itu sebenarnya didasari oleh cinta diri. Misalnya orang yang menyumbangkan uangnya ke proyek sosial tadi, setelah melakukan apa yang ingin dia lakukan, ia merasa senang dan puas dan kemudian dapat tidur dengan pulas di waktu malam karena merasa telah menunaikan tugasnya dengan baik. Sedangkan kalau ia tidak menyumbangkan uangnya pada proyek sosial, maka hatinuraninya terus merasa terganggu. Jadi dalam melakukan pemberian dana itu sebenarnya ia mempunyai pamrih pribadi.
1.2.3. Untuk menjelaskan pendapat di atas, Thomas Hobbes (1588-1679) dan kemudian dikembangkan oleh Moritz Schlick (1881-1936) mengajukan pendapat bahwa untuk menilai suatu tindakan, orang perlu menemukan motivasi sesungguhnya dari tindakan tersebut, dan untuk ini orang perlu tidak hanya berhenti pada penafsiran yang dangkal. Menyebut suatu tindakan sebagai ungkapan sikap altruis menurut dia merupakan suatu penafsiran yang terlalu dangkal terhadap kejadian yang sesungguhnya. Kalau orang mau mengakui kenyataan, motivasi yang sesungguhnya selalu mengandung unsur cinta diri. Sebagai contoh misalnya apa yang disebut cintakasih. Motivasi yang sesungguhnya di balik tindakan menolong orang lain adalah mau menunjukkan bahwa dirinya lebih baik dari yang lain, lebih mampu, lebih unggul dari yang ditolong. Dalam tindakan berbelaskasih, alasan yang sebenarnya mengapa kita mempunyai rasa belaskasih terhadap sesama manusia yang menderita adalah karena kita sendiri berharap agar kalau kita berada dalam situsai macam itu orang lain pun berbelaskasih atau mau menolong kita. Pada orang yang berbelaskasih ada kekhawatiran jangan-jangan penderitaan atau kemalangan yang sama nanti suatu ketika juga menimpa dirinya.
1.3. Tanggapan kritis:
Seperti pernah secara cukup jeli dikemukakan oleh James Rachels, argumentasi yang mendasari faham egoisme psikologis sepintas nampak sulit dibantah, namun argumentasinya sebenarnya muncul karena beberapa kerancuan pengertian. Kalau kerancuan tersebut dapat diurai, menjadi jelas bahwa argumentasi mereka yang menganut egoisme psikologis tidak dapat dipertahankan. Sekurang-kurangnya terkandung tiga jenis kerancuan pengertian dalam argumentasi yang dikemukakan oleh para penganut dan penganjur egoisme psikologis. Kerancuan yang pertama adalah kerancuan pengertian antara egoisme dalam arti mendahulukan kepentingan diri sendiri (selfishness) dan egoisme dalam arti berguna untuk diri sendiri (self-interest). Keduanya tidak sama. Kalau saya mematuhi hukum yang berlaku atau bekerja keras di kantor, ini tidak dapat dikatakan bahwa saya egois dalam arti hanya mendahulukan kepentingan diri saya sendiri. Perbuatan itu memang pada dasarnya berguna (atau mungkin lebih tepat bernilai) untuk diri saya sendiri. Arti yang kedua ini sebenarnya tidak tepat untuk disebut egois. Dalam pengertian egois sebenarnya selalu terkandung penilaian negatif bahwa si pelaku tidak mempedulikan kepentingan orang lain dan hanya mementingkan dirinya sendiri melulu.
Kerancuan yang kedua adalah kerancuan antara pengertian perilaku yang mengejar kepentingan diri (self-interested behavior) dan perilaku yang disukai, karena memberi nikmat (the pursuit of pleasure). Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal seringkali kita lakukan memang karena kita menyukainya. Tetapi kenyataan bahwa kita melakukan suatu perbuatan karena kita menyukainya, atau bahwa perbuatan itu membawa kenikmatan tersendiri bagi kita, tidak dengan sendirinya dapat dikatakan bahwa perbuatan kita itu muncul berdasarkan motif egoisme, dalam arti hanya mengejar kepentingan diri sendiri. Kalau ada orang yang suka menghisap rokok kretek dalam-dalam setelah makan siang, karena hal itu terasa nikmat untuknya, kita tidak dapat mengatakan bahwa perbuatan orang itu dengan sendirinya bermotifkan egoisme. Baru kalau dalam menghisap rokok tersebut ia sama sekali tidak peduli akan keluhan tetangganya yang sedang sakit flu, maka perbuatan itu dapat dikatakan sebagai perbuatan yang egois.
Kerancuan yang ketiga adalah kerancuan pengertian bahwa suatu perhatian akan kepentingan diri sendiri selalu tidak dapat diselaraskan dengan kepentingan sejati dari orang lain. Karena sudah jelas bahwa setiap orang (atau hampir setiap orang) selalu memperhatikan apa yang menjadi kepentingannya, para penganut egoisme psikologis menarik kesimpulan bahwa setiap orang itu egois dan tidak pernah secara sungguh-sungguh memperhatikan kepentingan orang lain. Anggapan ini tentu saja keliru. Pengejaran kepentingan diri sendiri tidak dengan sendirinya bertabrakan dengan kepentingan orang lain. Memang tidak jarang terjadi bahwa timbul tabrakan antara kepentingan diri kita sendiri dengan kepentingan orang lain. Tetapi hal ini tidak selalu terjadi, dan kalau itu terjadi, tidak dengan sendirinya pula bahwa kita mendahulukan kepentingan diri kita sendiri seraya mengorbankan kepentingan orang lain. Kenyataan bahwa ada orang yang secara tulus berkorban untuk orang lain, seperti seorang ibu bagi anaknya, seorang gadis bagi pemuda idamannya, dsb., membuktikan bahwa dalam berbuat, orang pada dasarnya secara psikologis tidak selalu didorong oleh egoisme.
Dalam usaha untuk menemukan faktor pokok yang menentukan tindakan manusia, para penganut egoisme psikologis melupakan bahwa motivasi tindakan manusia itu dapat bersifat kompleks. Menyatakan bahwa semua tindakan manusia pada dasarnya didorong oleh motivasi egois merupakan suatu penyederhanaan yang mengabaikan kompleksitas tersebut. Pernyataan yang bersifat reduksionistik (terlalu menyederhanakan) itu juga mengungkapkan sikap yang terlalu sinis terhadap perbuatan baik orang. Dengan alasan menekankan kejujuran untuk mengakui apa yang sesungguh-nya menjadi motivasi seseorang untuk bertindak, lalu secara sinis terlalu cepat curiga akan maksud baik orang lain.
2. Egoisme Etis
2.1. Pendapat pokok faham egoisme etis:
Egoisme etis adalah suatu faham etika normatif yang menyatakan bahwa setiap orang wajib memilih tindakan yang paling menguntungkan bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, menurut faham ini, tindakan yang baik dan dengan demikian wajib diambil adalah tindakan yang menguntungkan bagi diri sendiri. Satu-satunya kewajiban manusia adalah mengusahakan agar kepentingannya sendiri dapat terjamin.
Ini tidak berarti bahwa kepentingan orang lain harus senantiasa diabaikan. Karena, bisa jadi demi pencapaian hasil yang paling menguntungkan untuk diri sendiri, orang justru perlu mengindahkan kepentingan orang lain. Namun dalam hal ini kenyataan bahwa tindakan itu membawa keuntungan atau kebaikan untuk orang lain bukanlah hal yang membuat tindakan tersebut benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah fakta bahwa tindakan itu menunjang usaha untuk memperoleh apa yang paling menguntungkan bagi dirinya.
Faham ini juga tidak bermaksud menganjurkan untuk mencari nikmat pribadi sepuas-puasnya, seperti halnya diajarkan oleh faham Hedonisme. Justru dalam banyak hal faham Egoisme Etis melarang pencarian nikmat pribadi, karena hal itu dalam jangka panjang justru tidak menguntungkan. Yang dianjurkan oleh Egoisme Etis adalah agar setiap orang melakukan apa yang sesungguhnya dalam jangka panjang akan menguntungkan untuk dirinya (“A person ought to do what really is to his or her own best advantage, over the long run.”) Egoisme Etis memang menganjurkan “selfishness” tetapi bukan “foolishness”.
2.2. Argumen-argumen untuk mendukung Egoisme Etis:
Argumen pertama yang biasanya dipakai untuk mendukung Egoisme Etis adalah kenyataan bahwa kalau kita mau mengusahakan hal-hal yang menguntungkan semua pihak, masing-masing orang justru wajib memperhatikan kepentingannya sendiri. Karena yang paling tahu tentang apa yang paling dibutuhkan oleh seseorang adalah orang itu sendiri, dan bukan orang lain. Kalau kita cenderung mau mengurusi orang lain, dapat terjadi bahwa kita justru tidak menguntungkan semua pihak. Seperti dinyatakan oleh Robert G. Olson dalam bukunya The Morality of Self-Interest (1968), “The individual is most likely to contribute to social betterment by rationally pursuing his own best long-range interests”
(“Masing-masing individu akan paling menyumbang pada perbaikan sosial [kalau masing-masing individu] dengan secara rasional mengejar apa yang dalam jangka panjang menjadi kepentingannya sendiri yang paling baik”). Masing-masing orang sendiri lah yang paling tahu akan apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Kita tidak pernah tahu persis apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain. Kalau kita mencampuri urusan orang lain, campurtangan ini justru malah hanya merusak kesejahteraannya, karena bersifat ofensif bagi kebebasannya untuk menentukan diri. Mencampuri urusan orang lain dapat melanggar prinsip “privacy” seseorang. Menjadikan orang lain sebagai objek atau sasaran perbuatan karitatif kita, sama saja dengan merendahkan martabatnya. Dengan memperhatikan kepentingan orang lain, kita dapat menciptakan situasi ketergantungan dan kurang menghargai kemampuan serta harga diri orang yang ditolong.
Argumen yang kedua mendasarkan diri pada keunggulan Egoisme Etis dibandingkan dengan Etika Altruis dalam menjunjung tinggi nilai hidup masing-masing individu. Seperti dinyatakan oleh Ayn Rand (dalam bukunya The Virtues of Selfishness), Egoisme Etis merupakan satu-satunya filsafat moral yang menghormati integritas kehidupan masing-masing individu. Menurut dia, Etika Altruis bersifat merusak nilai hidup manusia sebagai individu di dunia ini. Etika Altruis yang cenderung mengatakan pada setiap orang “hidupmu hanyalah sesuatu yang bersifat sementara dan pantas dikorbankan,” dapat dikatakan cenderung menolak nilai diri pribadi manusia. Perhatian pokok kaum altruis bukan bagaimana dapat hidup sepenuh-penuhnya di dunia ini, tetapi bagaimana mati suci (bagaimana mengorbankan hidup ini) bagi orang lain. Perhatian pokok macam ini dapat membuat orang kurang menghargai dan memperkembangkan hidupnya semaksimal mungkin.
Argumen tersebut kalau mau dirumuskan secara singkat akan berbunyi sebagai berikut:
(1) Setiap pribadi manusia hanya memiliki satu hidup untuk dihayati. Kalau kita memandang setiap individu bernilai sungguh-sungguh, atau kalau setiap individu secara moral bernilai dalam dirinya sendiri, maka kita mesti menyetujui bahwa hidup kita yang satu ini amatlah penting untuk dipertahankan dan dikembangkan sepenuhnya.
(2) Etika Altruis memandang hidup masing-masing individu sebagai suatu yang bila perlu mesti direlakan untuk dikorbankan bagi orang lain.
(3) Maka Etika Altruis tidak menganggap serius nilai hidup masing-masing individu manusia.
(4) Sedangkan, Egoisme Etis, yang memperkenankan setiap pribadi manusia memandang hidupnya sendiri sebagai bernilai paling tinggi, sungguh mengambil serius nilai hidup masing -masing individu manusia; bahkan Egoisme Etis dapat dika-takan merupakan satu-satunya teori moral yang melakukan hal itu.
(5) Maka Egoisme Etis merupakan teori moral yang wajib diterima.Argumen yang ketiga yang biasanya dipakai untuk mendukung teori moral Egoisme Etis adalah kemampuannya untuk secara jelas dan sederhana memberikan satu prinsip dasar untuk menjelas-kan macam-macam aturan dan pedoman perilaku manusia sehari-hari. Di balik macam-macam aturan yang mengikat manusia dalam hidupnya sehari-hari, seperti: tidak boleh menyakiti orang lain, wajib mengatakan yang benar, wajib menepati janji, dsb., menurut Egoisme Etis, ada satu prinsip dasar, yakni prinsip mengejar kepentingan diri sendiri. Aturan-aturan tersebut dapat diterangkan berdasarkan prinsip mengejar kepentingan diri sendiri. Mengapa kita tidak boleh menyakiti orang lain, misalnya, dapat dijelaskan demikian: apabila kita biasa menyakiti orang lain, maka orang lain pun tidak akan segan-segan atau ragu-ragu untuk menyakiti kita. Kalau kita menyakiti orang lain, orang itu akan melawan dan membalas. Dapat terjadi pula bahwa karena kita menyakiti orang lain, kita akan dihukum dan dimasukkan penjara karenanya. Dengan menyakiti orang lain, akhirnya kita sendiri akan rugi. Maka pada dasarnya merupakan keuntungan bagi diri kita sendiri apabila kita tidak menyakiti orang lain. Logika pemikiran yang sama dapat dipakai untuk menjelaskan aturan-aturan lain yang wajib kita patuhi setiap hari.
2.3. Tanggapan Kritis:
Kalau kita perhatikan argumen pertama di atas secara kritis, maka akan nampak bahwa argumen tersebut sebenarnya tidak mendukung prinsip egoisme etis. Mengapa demikian? Alasan pokok yang diberikan dalam argumen pertama untuk mendukung Egoisme Etis adalah bahwa kalau setiap orang mengejar apa yang dalam jangka panjang menjadi kepentingannya sendiri yang paling baik, maka perbaikan sosial atau terpenuhinya kepentingan semua pihak justru akan terjamin, karena masing-masing individu lah yang paling tahu apa yang dia butuhkan. Kalau Egoisme Etis sungguh konsisten dengan prinsipnya, maka ia tidak perlu peduli akan perbaikan sosial atau keterjaminan bahwa kepentingan semua pihak akan lebih terpenuhi. Kenyataan bahwa dalam argumen pertama hal tersebut dipedulikan dan bahkan dijadikan alasan untuk bersikap egoistik, maka walaupun Egoisme Etis menganjurkan untuk berperilaku egoistik, prinsip dasariah yang melandasinya justru tidak egoistik.
Dalam argumentasi kedua, Egoisme Etis nampaknya keluar sebagai teori moral yang lebih baik atau lebih masuk akal daripada Etika Altruis. Akan tetapi hal itu terjadi karena faham Etika Altruis digambarkan sedemikian ekstrim, sehingga tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya diajarkan olehnya. Dalam argumen tersebut diberi kesan bahwa Etika Altruis itu mengajarkan bahwa kepentingan diri sendiri itu sama sekali tidak bernilai dibandingkan dengan kepentingan orang lain, sehingga setiap tuntutan untuk mengorbannkannya demi kepentingan orang lain wajib dipenuhi.
Akan tetapi gambaran tentang Etika Altruis, sebagaimana diberikan oleh Ayn Rand sebagai penganjur Egoisme Etis, itu tidak fair, karena yang diajarkan oleh Etika Altruis tidak seekstrim dalam gambaran tersebut. Yang diajarkan oleh Etika Altruis adalah bahwa meskipun hidup masing-masing individu di dunia ini merupakan suatu yang amat bernilai, namun bukanlah satu-satunya nilai dan juga bukan nilai yang mutlak. Usaha mencapai kebagiaan hidup sejati manusia tidak lepas dari perlunya bersikap baik terhadap orang lain dan kerelaan untuk berkorban bagi manusia lain. Kalau hal tersebut sasamasekali diabaikan, karena nilai hidup masing-masing individu di dunia ini dimutlakkan, maka kebahagiaan sejati manusia justru tidak akan tercapai. Demikianlah, dengan terlalu memutlakkan nilai hidup masing-masing individu manusia, Egoisme Etis justru akan menggagalkan usahanya sendiri untuk mengejar apa yang paling menunjang bagi terpenuhinya kepentingan diri yang sejati.
Berkenaan dengan argumentasi ketiga, argumen ini pun tidak berhasil menegakkan Egoisme Etis sebagai teori moral normatif yang dapat dan perlu diterima. Argumen tersebut hanya mampu menunjukkan bahwa sebagai pedoman umum dapat dikatakan bahwa memang lebih menguntungkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan kewajiban dan tidak melanggar larangan sebagaimana diatur dalam pedoman perilaku sehari-hari. Berusaha untuk tidak menyakiti orang lain memang pada umumnya lebih menguntungkan untuk diri sendiri. Tetapi hal ini tidak selalu demikian. Kadang-kadang dalam praktek orang lebih beruntung kalau dapat menyakiti orang lain terlebih dulu daripada disakiti olehnya. Maka kewajiban untuk tidak menyakiti orang lain dan kewajiban-kewajiban moral yang lain tidak dapat diturunkan dari prinsip egoistik untuk mencari apa yang paling menguntungkan untuk diri sendiri.
Selain itu, seandainya benar bahwa dengan mendermakan uangnya kepada orang miskin pada akhirnya diri sendirilah yang diuntungkan, kiranya tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa keuntungan diri sendirilah yang menjadi motif pokok tindakan mendermakan uang kepada orang miskin. Yang seringkali terjadi adalah bahwa motif pokok tindakan tersebut memang kepentingan orang yang ditolong, sedangkan untuk diri sendiri itu hanyalah sekunder atau merupakan akibat samping dari tindakan mau menolong orang lain tersebut. Seandainya betul bahwa semua tindakan altruistik itu bermotifkan kepentingan egoistik, maka hidup sosial manusia akan menjadi lebih sulit, karena dipenuhi rasa kecurigaan. Setiap perbuatan baik akan selalu ditanggapi dengan sikap sinis, karena toh bukan kepentingan orang yang ditolong yang menjadi fokus perhatian, tetapi diri sendiri. Orang yang mendapatkan pertolongan sulit untuk berterima kasih, karena melulu hanya dijadikan sarana saja bagi pemenuhan kepentingan diri si penolong saja.
Egoisme Etis biasanya mendasarkan diri pada apa yang dikemukakan oleh Egoisme Psikologis. Tetapi kita sudah lihat di atas, bahwa pendapat pokok Egoisme Psikologis tidak dapat dipertahankan. Sebagaimana Egoisme Psikologis, Egoisme Etis meredusir kompleksitas motivasi tindakan manusia pada motif mencari apa yang menguntungkan bagi diri sendiri. Tetapi ini tidak sesuai dengan kenyataan. Bahwasanya Egoisme Etis dapat menjelaskan kewajiban moral atas dasar prinsip kepentingan diri atau motif mencari apa yang menguntungkan bagi diri sendiri, belumlah merupakan bukti bahwa kepentingan diri merupakan satu-satunya dasar bagi kewajiban moral. Hanya kalau dapat dibuktikan bahwa kepentingan diri merupakan satu-satunya dasar bagi kewajiban moral, maka Egoisme Etis sebagai suatu teori moral normatif tidak dapat diterima.

F.Penyebab adanya egois
Sebagian pribadi egois berasal dari latar belakang keluarga yang terlalu memanjakan sehingga apa pun yang diminta selalu diberikan. Sebagian pribadi egois berasal dari latar belakang hampa kasih sayang sehingga ia tidak pernah belajar mengasihi. Ia menjadi hemat mengasihi dan berkorban karena ia tidak pernah mengenal kasih sayang sehingga ia tidak pernah belajar mengasihi. Ia menjadi orang yang tidak mengasihi dan tidak rela berkorban kerana ia tidak pernah mengenal kasih sayang.




G. Contoh contoh kasus Egoisme
Ø  Tidak mau kalah
Yang dimaksud tidak mau kalah disini:seseorang memaksakan semua keinginannya,tanpa memperhatikan orang lain, atau ia menganggap bahwa semua yang dia lakukan benar.
CONTOH KASUS:   Dalam berorganisasi
Si fulan mengungkapkan pendapatnya dalam rapat,temannya menanggapi atau memberikan masukan.Tetapi Si Fulan itu tidak mau menerima masukan,dan ia bersikeras agar pendapatnya diterima dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
Ø  Mempunyai keinginan yang harus dicapai
Yang dimaksud Mempunyai Keinginan yang harus dicapai disini: seseorang dalam mengerjakan sesuatu mempunyai tujuan dan obsesi tertentu.
CONTOH KASUS: Dalam perkuliahan
Si fulan pada perkuliahannya ingin mendapatkan IPK besar,ia menghalalkan berbagai  cara untuk mendapatkan keinginannya tersebut.
Ø  Pola pikir dan orientasi hidup yang serba kebendaan
Yang dimaksud Pola pikir dan orientasi hidup yang serba kebendaan disini:Seseorang dalam pikiran semasa hidupnya hanya mementingan semua keinginan kebendaan.
CONTOH KASUS: Dalam kehidupan
Si fulan dalam hidupnya hanya memikirkan benda-benda yang ingin dia dapatkan atau dia miliki,padahal masing-masing sudah mempunyai hak dan rizkinya masing-masing.

Ø  Paham matrealisme
Yang dimaksud Paham matrealisme disini:Seseorang  memikirkan sesuatu itu hanya dengan materi dan segala sesuatu yang ia lakukan pasti UUD (Ujung-ujungnya Duit)dan ia melakukannya dengan menghalalkan berbagai cara.
CONTOH KASUS: Dalam Pendidikan
Pada zaman dahulu kemampuan seseorang lebih dihargai daripada kekayaannya,namun pada zaman sekarung uang mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Ø  Gaya hidup hedonis
Hedonisme yang berasal dari bahasa yunani memiliki arti hidup dalam kesenangan dan kemewahan. Dimana kesenangan menjadi tolak ukur yang mutlak.
Yang dimaksud Gaya Hidup Hedonis disini:seseorang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan merupakan tujuan utama hidup.
CONTOH KASUS: boros
Pikiran hedonis biasanya banyak ditemukan pada lingkungan strata sosial ekonomi mapan, serta kurangnya pendidikan dari orang tua. Contoh kecil, seseorang yang biasa hidup di dunia borjuis, ataupun seseorang yang hidupnya berkutat dengan dunia narkoba, atau yang sangat jauh dari pendidikan agama dia akan merasa bahwa kesenangan baginya adalah hidupnya yang sebenarnya.
Ø  Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya
Maksudnya: ia hanya melihat segala sesuatu dengan sudut pandangnya sendiri,ia tidak dapat melihat dari sudut pandang orang lain, apalagi merasakan apa yang orang lain rasakan. Jadi, tidak mudah untuk berdiskusi dengannya karena ia akan
berusaha keras agar kita menuruti pendapatnya.
CONTOH KASUS:
Ketika seseorang meminta bantuan pada kita namun kita mengatakan tidak bisa karena sedang ada keperluan yang mendesak, namun orang yang meminta bantuan itu sontak tidak terima dan menganggap kita tidak peduli padanya. Padahal pada keadaan lain orang yang dimintakan sedang menghadapi musibah yang orang tidak tahu.
Ø  Hanya memikirkan kepentingan pribadinya
jadi, apa yang dikerjakannya selalu untuk kepentingan pribadi, bukan murni untuk kepentingan orang lain. Ia tidak mengenal makna pengorbanan dan ketulusan; semua hal diperhitungkan berdasarkan untung-ruginya.
CONTOH KASUS:
Ketika terjadi kebanjiran di jalan raya, muncul orang-orang yang tiba-tiba ikut membantu seseorang yang kendaraannya mogok, namun sebelum mereka membantu kita mereka meminta bayaran dengan alasan untuk sesuap nasi. Padahal orang yang terkena banjir sedang menghadapi musibah sehingga dia harus bersegera mencari solusi, namun orang yang membantu tidak menghiraukan dan tetap meminta byaran.
Ø  Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas
Dalam diri manusia mempunyai sifat utama, yaitu sifat baik dan buruk. Maka egois adalah sifat dasar manusia yang buruk dan akan terlihat tergantung dari manusia itu sendiri mampu mengontrol tidaknya sifat tersebut.



Ø  Rasa trauma yang menimbulkan ketidak percayaan kepada orang lain
Ketika pada satu lingkungan kita selalu dihadapkan pada kekecewaan yang dilakukan oleh lingkungan kita, maka kemudian akan mengakibatkan kita menjadi skeptis atau sulit untuk menerima pikiran orang lain.
Ø  Pemahaman yang dangkal tentang fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana kita hidup berdampingan dengan yang lainnya saling membutuhkan, namun hal itu tidak akan disadari jika kita tidak berusaha peka dan peduli pada sesama, selain itu pembekalan moral dan agama dalam lingkungan keluarga berperan besar terhadap perkembangan sikap diri kita dalam kehidupan.
Ø  Sikap egois ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya selama ini.
Maksudnya,seseorang berprilaku egois itu besar kemungkinannya dari cara keluarganya memperlakukan ia.
CONTOH KASUS :
sejak kecil ia dijunjung dan diutamakan, ia tidak pernah disalahkan dan senantiasa dibenarkan, orang seperti ini sewaktu dia dewasa, dia menuntut perlakuan yang sama dari semua orang.
Ø  Sikap egois timbul dari keadaan lingkungan yang kelaparan, kelaparan emosional, kelaparan finansial atau kelaparan jasmaniah & rohaniah.
Ø  Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri
Daripada terjadi konflik, pada umumnya lingkungan akan menghindar berelasi dengannya sehingga ia terpaksa hidup dalam kesendirian. Malangnya, makin terkucil, makin ia menganggap bahwa lingkunganlah yang salah. Pada akhirnya orang yang egois hidup dalam kesendirian.
Ø  Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus
Semua yang dikerjakannya cenderung dinilai mempunyai maksud tersembunyi di belakangnya. Pada akhirnya relasinya dengan sesama terhambat dan makin hari makin sedikit orang yang bersedia berelasi dengannya. Kalaupun berelasi, relasi yang terjalin merupakan relasi timbal-balik, tanpa ketulusan dan pengorbanan.
Ø  Akan menimbulkan suasana yang tidak harmonis dalam pergaulan
Pada suatu kelompok yang memiliki ikatan yang saling mengikat dan membutuhkan, namun kemudian kita mengedepankan sikap egois pada lingkungan tersebut maka keadaan yang tadinya dibuat untuk saling mengikat akan menjadi tidak harmonis. Contoh sederhana dalam satu tim sepakbola jika saja banyak yang mengedepankan sikap egois dalam permainannya maka yang akan terjadi adalah rasa saling tidak percaya dan tidak suka yang mengakibatkan ketidak harmonisan dalam tim tersebut.
Ø  Memicu prilaku negatif pada lingkungan sekitar.
Jika dalam suatu lingkungan pergaulan cenderung kepada pemaksaan keinginan atau ego masing-masing individu maka dalam lingkungan itu akan timbul prilaku-prilaku yang negatif atau tidak sesuai dengan tatanan manusia sebagai makluk sosial. Salah satu contoh sederhana ketika kita sedang dirundung masalah dengan orang lain, karena kita merasa benar dan kita disudutkan oleh orang lain maka kita melawan dengan memilih untuk memanggil kawan-kawan kita yang tentu akan membela diri kita. Kemudian jika orang yang bertikai dengan kita ternyata mempunyai rasa yang sama, maka prilaku anarki atau hal-hal yang berdampak negatif pada lingkungan itu akan bermunculan.



H.Cara mengatasi egois
Bagi kamu yang punya teman tapi memiliki sifat egois yang menurut kamu sudah tidak wajar lagi,saya yakin jika kamu tidak berjiwa besar dan menerima apa adanya dari sifat egois yang dimilikinya, pasti kamu akan merasa tidak nyaman ketika bersamanya. Atau, bisa jadi kamu langsung menjaga jarak dengannya. Berbeda halnya jika kamu merasa bahwa dia adalah sahabat kamu, pastinya kamu akan berusaha untuk memberikan perubahan kepada teman kamu itu agar bisa mengurangi keegoisannya dan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. So, kalau kamu memang ingin melakukan hal tersebut.
Cara menghadapi orang yang egois :
Ø  Sabar
Pastinya disini kamu memang harus lebih sabar menghadapinya. Rasanya saya tidak perlu menjelaskan tentang ini, karena saya yakin kamu bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kamu tidak sabar.
Ø  Menjadi cermin baginya
Maksudnya disini adalah, kamu berusaha untuk menjadi contoh bagi dirinya. Ketika kamu sering memenuhi permintaannya, sesekali cobalah kamu meminta kepadanya agar dia mau memenuhi permintaan kamu juga. Misalnya, “Andi, sudah dua hari kemarin kan saya selalu jemput kamu. Besok gantian, tolong kamu yang jemput saya ya..”. Intinya dalam permintaan kamu itu memberikan sebuah penegasan bahwa kamu berharap dia harus memenuhi permintaan kamu.
Ø  Berikan kritik dan saran
Seperti orang bijak mengatakan, “Teman sejati adalah seseorang yang tidak selalu sejalan dengan kamu”. Ketika kamu merasa tindakannya adalah salah, maka kamu sebagai sahabat harus segera mengingatkannya. Maka dari itu, ketika kamu mendapatkan waktu yang tepat, berikan dia kritik dan saran bahwa ada sesuatu hal yang tidak kamu sukai dan juga tidak baik untuknya. Memang terkadang hal ini terasa susah, tapi bukankah kamu adalah sahabat sejati baginya? mengintrospeksi diri dan mengetahui bahwa selama ini dia telah membuat kamu menjadi korban keegoisannya.So, katakan walaupun itu pahit! J
Ø  Berikan skak mat!
Kamu pasti tahu Skak mat? Itu adalah istilah yang digunakan dalam permainan catur, ketika menandakan bahwa sang raja sedang berada di ambang kematian. Jadi maksudnya disini adalah, ketika kamu telah berusaha melakukan segala hal untuk merubahnya tapi dia tidak juga berubah, berikan dia skak mat! Misalnya, “Andi, kamu adalah sahabat saya. Jadi tolong dengarkan saran saya! Kalau kamu nggak juga mau mendengarkan, saya bukan lagi sabahat bagimu!”. Memang disini kesannya kita yang terlihat egois, tapi itu bertujuan demi kebaikan dia, dan juga kebaikan kamu. Dengan ucapan seperti itu diharapkan dia dapat

Cara mengatasi egois pribadi
Ø  Selalu positive thinking pada orang lain, jangan biarkan pikiran negatif masuk kepikiranmu.
Maksudnya,dalam berprilaku kepada orang lain walaupun orang lain pernah melakukan salah pada kita, janganlah kita beranggapan bahwa orang lain itu selalu salah alias kita bersuudzan tapi kita harus berhusnuzan(berprasangka baik).
Ø  Jangan suka membanding-bandingkan diri kamu dengan orang lain.
Siapa yang enak si klo dibanding-bandingkan?makanya biar kita ga dianggap orang egois jangan selalu membandingkan diri kita dengan orang lain,karena setiap manusia itu tidak ada yang sempurna,pasti setiap orang itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Ø  Kembangkan empati kamu terhadap orang lain.
Kita sebagai manusia  bersosialisasi tentunya harus mengembangkan sifat empati pada orang lain,sebab dengan berempati kita akan merasakan atau dapat berbagi kasih sayang dengan orang lain.
Ø  Kembangkan sikap melayani dan mendahulukan kepentingan orang lain.
Siapa si yang ga mau dilayani?tapi terkadang kita sendiri suka lupa untung melayani orang lain,Sebab kita hanya memikirkan untuk selalu dilayani orang lain.Oleh karena itu mulai sekarang mulailah untuk lebih mengutamakan atau mendahulukan  kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri,sebab itu akan menjadi sebuah pahala bagi kita,tapi ingat mengutamakannya harus dengan ikhlas alias tulus dari hati,jangan kepaksa ya?
Ø  Senyum dunkz!
Karena orang egois identik dengan jutek,jadi mulai sekarang biar ga disebut jutek,SENYUM donk!!!!

I.Keriteria orang yang egois

Cara mengetes diri sendiri apakah anda termasuk diri yang egois atau tidak, diantaranya sebagai berikut :

Ø  Orang egois itu adalah orang yang merokok di angkutan umum dan dengan cueknya menghembuskan asap rokoknya sementara orang-orang disampingnya sudah mengap-mengap, atau orang yang tetap merokok di tempat umum sementara sudah ada perda yang melarang merokok parahnya lagi bila di sampingnya ada tanda DILARANG MEROKOK.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang membuang sampah dengan seenaknya, tanpa memikirkan kebaikan bagi lingkungan bila ia rela sedikit saja bersusah mencari kotak sampah atau menyimpan bungkus tersebut sampai ia bertemu kotak sampah.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang duduk dengan cueknya di angkutan umum sementara disebelahnya ada wanita hamil, menggendong bayi atau lansia yang terlihat letih.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang berharap orang lain memberikan bangkunya pada orang-orang di atas, sementara dia sendiri keberatan memberikan bangkunya.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang selalu ngoceh kurangnya fasilitas sementara dia sendiri tidak mau bayar pajak.
Ø  Orang egois itu bila dia selalu telat bayar kas dan berlagak seakan-akan dia sudah membayar ontime .
Ø  Orang egois itu bila ada orang di aniaya sementara ia hanya melihat tanpa memberi bantuan.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang berfoya-foya dengan hartanya sementara di sekitarnya ada orang miskin yang butuh dikasihani (percaya deh uangmu gak bakal berkurang kalau sekedar memberi makan atau sesekali mebayarkan spp anak miskin yang ingin sekolah).
Ø  Orang egois itu adalah orang yang membuang makanannya sementara banyak orang lain kelaparan.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang dengan mudah mencela kesalahan orang lain sementara ia tak mau melihat kekurangan sendiri.
Ø  Orang egois itu adalah yang merusak fasilitas umum (ex. telepon umum, WC umum, jalan) termasuk mencoret-coretnya.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang gak peduli dengan kesulitan temannya sementara ketika dia bermasalah dia menyalahkan karena tak ada yang membantunya.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang dapat kerja lewat jalur nggak beres (nyogok, nepotisme dll) sementara orang lain bersusah payah untuk mencari kerja.
Ø  Orang egois itu adalah orang yang setelah membaca tulisan ini, dia tidak mau berubah memperbaiki diri malah mencela tulisan tersebut. 

Ketentuan :
Bila lebih dari 7 point yang ditulis ada di dalam diri anda berarti anda termasuk orang yang sangat egois plus gak peka kalau anda egois, kalau kurang dari 7 berarti anda egois, jadi belajarlah menguranginya.
Sekiranya anda ingin menambahkan daftar tersebut, silakan saja beri komentar. Sekiranya tidak setuju dengan tulisan ini, tidak ada paksaan bagi anda untuk menyetujuinya. Ini hanya sekedar tulisan agar kita mau menyadari bersama.

J.Tips jitu Menuju Perubahan
Ø  Peribadi yang ego mesti menerima fakta bahwa ia egois; jangan lagi mencari alasan dan menyalahkan orang. Ia mesti melihat hal ini sebagai dosa keangkuhan bukan hanya karakteristik keperibadian yang unik. Perubahan @ penyesalan bermula dari pengakuan. "Tinggi hati mendahului kehancuran tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan."
Ø  Lihatlah apa yang diperlukan orang dan cubalah penuhinya, tanpa berkira-kira. Peribadi yang ego tidak mempunyai ramai teman kerana tidak memikirkan orang lain. "Seorang sahabat memberi kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."
Ø  Hiduplah berdasarkan prinsip: "Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri" dan "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka"




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Egois adalah suatu keadaan dimana seseorang yang bersikap mementingkan dirinya sendiri.
Kesimpulan
Ø  Egois merupakan salah satu sifat alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia, karena salah satu karakter manusia adalah “tidak pernah merasa cukup”;
Ø  Egois itu timbul secara naluriah, ketika manusia itu sendiri dihadapkan kepada keinginan, kepentingan dirinya yang bersinggungan dengan kepentingan manusia lainnya maka egois itu akan muncul;
Ø  Pendidikan moral dan agama dalam lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat keegoisan seseorang;
Sifat egois tidak dapat dihilangkan pada diri manusia, namun dapat diredam dengan keinginan manusia itu sendiri untuk mau belajar, memaknai dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan.

Egois berasal dari kata ego, ego itu adalah aku dalam bahasa Yunani
 Jadi orang yang disebut egois orang yang memang mementingkan dirinya.
Ciri orang egois itu,seperti apa?
Ø  Hanya dapat melihat dari sudut pandangnya;
Ø  Hanya memikirkan kepentingan pribadinya.
Penyebab sifat egois itu sangatlah banyak,tapi secara garis besar dibagi 2,yaitu:
Ø  Penyebab dari diri pribadi;
Ø  Penyebab dari kehidupan (lingkungan).
Penyebab dari diri pribadi
Ø  Sifat dasar manusia yang tidak pernah puas;
Ø  Rasa trauma yang menimbulkan ketidak percayaan kepada orang lain;
Ø  Pemahaman yang dangkal tentang fungsi manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Penyebab dari kehidupan (lingkungan)
Ø  Sikap egois ini merupakan kelanjutan dari apa yang telah diterimanya selama ini;
Ø  Sikap egois timbul dari keadaan lingkungan yang kelaparan, kelaparan emosional, kelaparan finansial atau kelaparan jasmaniah & rohaniah.
Ada ga dampak  kalau kita mempunyai sifat egois?
Dalam mengerjakan atau berbuat sesuatu,pasti ada dampak yang akan kita terima,yaitu:
Ø  Dampak bagi kita pribadi
Ø  Dampak bagi lingkungan
Dampak bagi kitapribadi
Ø  Lingkungan sulit menerimanya karena tidak ada usaha darinya untuk menyesuaikan diri
Ø  Lingkungan pun sulit untuk mempercayainya sebab lingkungan menilai ia tidak tulus.
Dampak bagi lingkungan
Ø  Akan menimbulkan suasana yang tidak harmonis dalam pergaulan
Ø  Memicu prilaku negatif pada lingkungan sekitar.







                                                                                                                        





















DAFTAR PUSTAKA
http:// James Rachel, The Elements of Moral Philosophy, hlm. 60-64.
id.wikipedia.org/wiki/Egoisme













https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif

https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif
https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif
https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif

1 komentar: