Anime

Minggu, 17 Juni 2012

Makalah Obat Herbal dan Obat Teradional


OBAT HERBAL DAN OBAT TERADISIONAL
1.1          sejarah Sngkat obat herbal
Penggunaan obat herbal telah dikenal dan banyak digunakan sejak zaman dahulu, karena memiliki khasiat yang manjur dan ampuh. Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai obat dikatakan sama tuanya dengan umur manusia itu sendiri. Sejak jaman dahulu makanan dan obat-obatan tidak dapat dipisahkan dan banyak tumbuh-tumbuhan dimakan karena khasiatnya yang menyehatkan. Sekitar tahun 1630, John Parkinson dari London menulis tanaman obat dari berbagai tanaman yang sangat berguna. Nicholas Culpepper ( 1616-1654 ) dengan karyanya yang paling terkenal yaitu ” The Complete Herbal and English Physician, Enlarged, diterbitkan pada tahun 1649. Pada tahun 1812, Henry Potter telah memulai bisnisnya menyediakan berbagai tanaman obat dan berdagang lintah. Disaat itulah banyak sekali pengetahuan tradisional dan cerita rakyat tentang tanaman obat dapat ditemukan mulai dari Inggris, Eropa, Timur Tengah, Asia, dan Amerika. Sehingga Potter terdorong untuk menulis kembali bukunya ” Potter’s Encyclopaedia of Botanical Drug and Preparatians “, yang sampai saat inipun masih diterbitkan.
Di catatan sejarah, studi mengenai ramuan herbal dimulai pada 5,000 yang lalu pada bangsa Sumerians, yang telah menggunakan tumbuhan herbal untuk kepentingan pengobatan, seperti itu seperti pohon salam, sejenis tanaman pewangi, dan semacam tumbuhan. Orang-orang Mesir dari 1000 BC. dikenal untuk memiliki digunakan bawang putih, candu, minyak jarak, ketumbar, permen, warna/tanaman nila, dan tumbuh-tumbuhan herbal lain untuk pengobatan. Pada zaman Rasulullah SAW, beliau menggunakan obat-obat herbal seperti habbatussauda yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti meningkatkan stamina, mencegah alergi, mengontrol tekanan darah kadar gula dalam darah, memecah batu ginjal, dll.
Dalam dokumen Kuno juga menyebutkan penggunaan tanaman/jamu herbal, termasuk tanaman mandrak (beracun), vetch, sejenis tanaman pewangi, gandum, jewawut, dan gandum hitam.Buku mengenai tumbuhan herbal dari Cina tercatat sekitar tahun 200 SM yang memuat 365 tumbuhan obat dan penggunaan-penggunaan tumbuhan herbal tersebut, diantaranya disebutkan termasuk ma-Huang, yang memperkenalkan efedrina kepada pengobatan modern. Bangsa Yunani dan bangsa Roma kuno melakukan penggunaan tanaman herbal untuk penyembuhan.
Sebagaimana tertulis dalam catatan Hipocrates, terutama Galen praktek bangsa Yunani dan Roma dalam pengobatan herbal menjadi acuan dalam pelaksanaan pengobatan di barat pada kemudian hari. Yunani dan praktek-praktek Roma yang berhubung dengan obat, seperti yang dipelihara di dalam tulisan Hippocrates dan – terutama -Kekasih, yang dengan syarat polapola untuk pengobatan barat yang kemudiannya. Hippocrates menganjurkan pemakaian herbal yang sederhana, seperti udara yang sehat,segar dan bersih, istirahat dan diet yang wajar. Sedangkan Galen menganjurkan penggunaan dosis-dosis yang besar dari campuran-campuran obat termasuk tumbuhan, binatang, dan ramuan-ramuan mineral.
Para ahli kedokteran bangsa Yunani merupakan orang Eropa yang pertama yang membuat acuan penggunaan-penggunaan dari tumbuhan obat, De Materia Medica. Pada abad pertama sesudah masehi, Dioscorides menulis suatu ringkasan dari lebih 500 tumbuhan yang menjadi bahan acuan selama abad ke 17. Sama pentingnya bagi ahli pengobatan herbal dan ahli tumbuhan di temukan buku dari bangsa Yunani, Historia Theophrastus Plantarum, yang ditulis pada abad ke 4.
Obat herbal merupakan obat yang berasal dari tumbuhan yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi serbuk, pil atau cairan yang dalam prosesnya tidak menggunakan zat kimia. Obat herbal dapat membantu menyembuhkan penyakit dengan efek samping yang minim karena dibuat dari bahan-bahan alami.
Obat herbal juga disebut phytomedicine atau obat botani, bahan-bahan dasar obat-obatan herbal adalah seluruh atau sebagian tanaman yang bisa dijadikan obat. Kualitas obat herbal sangat tergantung pada alam tempat tanaman herbal itu tumbuh, cara panen dan cara proses pembuatannya.
Penelitian yang dilakukan oleh WHO mendapatkan bahwa sekitar 80 persen manusia menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagi obat herbal untuk perawatan kesehatan utama mereka.
1.2          Sejarah Obat Herbal di Indonesia
Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke 5 sampai dengan abab ke 19, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan.
Masuknya pengobatan modern di Indonesia, dengan didirikannya sekolah dokter Jawa di Jakarta pada tahun 1904, menyebabkan secara bertahap dan sistematis penggunaan tanaman obat sebagai obat telah ditinggalkan. Penggunaan tanaman obat dianggap kuno, berbahaya dan terbelakang, akibatnya masyarakat pada umumnya tidak mengenal tanaman obat dan penggunaannya sebagai obat.
Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam  ” back to nature “. Bidang pengobatan herbal ini sangat kuat di negara-negara maju dan berpengaruh besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan herbalpun kini telah banyak diminati masyarakat. Dan masyarakat Indonesia pun kini sudah banyak yang menggunakan obat herbal
Obat yang beredar sekarang ini tak lepas dari perkembangan obat di masa lalu..Perlu teman-teman ketahui bahwa penemuan obat jaman dahulu berawal dari coba-mencoba yang dilakukan oleh manusia purba. Bahasa kerennya sich '"EMPIRIS" .Empiris berarti berdasarkan pengalaman dan disimpan serta dikembangkan secara turun-temurun hingga muncul apa yang disebut Ilmu Pengobatan Rakyat atau yang lazimnya disebut Pengobatan Tradisional Jamu.
Akan tetapi, tidak semua obat “memulai” sejarahnya sebagai obat anti penyakit. Ada obat yang pada awalnya digunakan sebagai racun seperti strychnine & kurare yang digunakan sebagai racun-panah oleh penduduk pedalaman Afrika. Contoh yang paling up to date adalah nitrogen-mustard (awalnya digunakan sebagai gas beracun saat perang dunia pertama) sebagai obat kanker.
Sudah banyak zat-zat kimia yang berhasil diisolasi, seperti efedrin (dari tanaman Ma Huang – Ephedra vulgaris), digoksin (digitalis lanata), genistein (dari kacang kedelai) dan lainnya.
Baru sekitar pada permulaan abad ke-20, obat-obat kimia sintetis mulai “menampakkan diri”. Aspirin salah satu indikator kemajuan obat kimia sintetis saat itu. Pada tahun 1935 terjadi gebrakan dalam penemuan dan penggunaan kemoterapeutika sulfanilamid yang disusul penisilin pada tahun 1940. Seperti diketahui bersama, secara tradisional, sebenarnya luka bernanah dapat disembuhkan dengan menutupinya dengan kapang-kapang dari jenis tertentu, tetapi baru sekitar tahun 1928 khasiat ini baru diselidiki secara ilmiah oleh Dr. Alexander Fleming. Dari hasil penelitian Dr. Alexander Fleming, ditemukanlah penisilin.
Sejak saat itu, beribu-ribu zat sintetis diketemukan (diperkirakan sekitar 500 zat per tahun-nya). Hal ini membuat perkembangan di bidang Farmakoterapi meningkat pesat.
Secara umum, kebanyakan obat “kuno” telah ditinggalkan dan diganti obat yang lebih “modern”. Eits, bukan berarti obat modern bisa “santai”, sebab persaingan selanjutnya adalah antar sesama obat modern. Pasalnya obat modern dapat terganti dengan obat modern yang lebih baru dan lebih berkhasiat serta lebih efektif.
Meski begitu, diperkirakan lebih dari 78% obat yang beredar sekarang adalah merupakan hasil dari penemuan tiga dasawarsa terakhir.
..                      Selama berabad-abad, berbagai macam obat telah berupaya ditemukan manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman yang paling awal, obat tradisional yang kebanyakan berupa obat herbal telah digunakan untuk mengobati penyakit. Misalnya Papirus Ebers, yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16 SM, memuat ratusan obat rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi, pengobatan herbal biasanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi.
Meskipun ada yang berpendapat bahwa obat tradisional atau obat herba lebih aman daripada obat-obat farmasi modern, obat tradisional bukannya tidak berisiko. Peringatan dan rekomendasi apa saja yang hendaknya dicamkan seseorang sewaktu mempertimbangkan pengobatan herbal atau obat tradisional? Sebelum membahas mengenai risiko obat tradisional, berikut ini adalah beberapa resep obat tradisional dan fakta pengobatan dari masing-masing resep tersebut yang berkhasiat untuk mengatasi beberapa jenis penyakit dan mengatasi problem untuk penampilan pribadi.

1.3. Pengertian obat Teradisional
Obat alami sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu (Sidik, 1998). Di Indonesia, penggunaan obat alami yang lebih dikenal sebagai jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Bahan baku obat alami ini, dapat berasal dari sumber daya alam biotik maupun abiotik. Sumber daya biotik meliputi jasad renik, flora dan fauna serta biota laut, sedangkan sumber daya abiotik meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan mencakup kekayaan/ potensi yang ada di dalamnya.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keanekaragaman obat tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat. Indonesia yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tersebut, memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat atau digunakan sebagai bahan obat (Puslitbangtri, 1992). Keanekaragaman hayati Indonesia ini diperkirakan terkaya kedua di dunia setelah Brazil dan terutama tersebar di masing-masing pulau-pulau besar di Indonesia.
Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik dalam usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya
Obat tradisional adalah obat yang tidak menimbulkan banyak efek samping, karena kandungan kimianya masih bisa dicerna oleh tubuh untuk dikonsumsi. Selain sangat bermanfaat obat tradisional lebih mudah terjangkau masyarakat dan ketersediaannya tidak terbatas (Septiatin, 2008). Sedangkan menurut Anonima (2010) Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional.
Sejak ribuan tahun yang lalu, obat dan pengobatan tradisional sudah ada di Indonesia. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing, 2001). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonimª, 2010).
Bahan baku untuk ramuan tradisional diantaranya jenis tanaman rempah-rempah, tanaman hias, dan tanaman liar yang ada di lingkungan sekitar kita. Jenis tanaman rempah adalah berbagai jenis tanaman yang memberikan aroma dan rasa khusus pada makanan dan minuman. Selain sebagai penyedap makanan, rempah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jamu seperti jahe, kunyit, temulawak, dan serai. Rempah-rempah umumnya hidup di daerah tropis, termasuk di Indonesia (Septiatin, 2008).
Sumber :
Anonima, 2010, Obat Tradisional, id.wikipedia.org
Yang dimaksud dengan obat alami adalah sediaan obat, baik berupa obat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dapat berupa simplisia (bahan segar atau yang dikeringkan), ekstrak, kelompok senyawa atau senyawa murni yang berasal dari alam, yang dimaksud dengan obat alami adalah obat asal tanaman. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat daftar beberapa tanaman obat yang mempunyai prospek pengembangan yang potensial.
Tabel Tanaman obat fitofarmaka yang prospektif
No.
Tanaman obat
Bagian tan. obat
Indikasi potensi
1.
Temulawak
(Curcuma xantorrhiza oxb)
Umbi
Hepatitis, arthritis
2.
Kunyit
(Curcuma domestica Val)
Umbi
Hepatitis, artritis, antiseptic
3.
Bawang putih
(Allium sativum Lynn)
Umbi
Kandidiasis, hiperlipidemia
4.
Jati Blanda
(Guazuma ulmifolia Lamk)
Daun
Anti hiperlipidemia
5.
Handeuleum (Daun ungu)
(Gratophyllum pictum Griff)
Daun
Hemoroid
6.
Tempuyung
(Sonchus arvensis Linn)
Daun
Nefrolitiasis, diuretic
7.
Kejibeling
(Strobilanthes crispus Bl)
Daun
Nefrolitiasis, diuretic
8.
Labu merah
(Cucurbita moschata Duch)
Biji
Taeniasis
9.
Katuk
(Sauropus androgynus Merr)
Daun
Meningkatkan produksi ASI
10.
Kumis kucing
(Orthosiphon stamineus Benth)
Daun
Diuretik
11.
Seledri
(Apium graveolens Linn)
Daun
Hipertensi
12.
Pare
(Momordica charantia Linn)
Buah
Biji
Diabetes mellitus
13.
Jambu biji (klutuk)
(Psidium guajava Linn)
Daun
Diare
14.
Ceguk (wudani)
(Quisqualis indica Linn)
Biji
Askariasis, oksiuriasis
15.
Jambu Mede
(Anacardium occidentale)
Daun
Analgesik
16.
Sirih
(Piper betle Linn)
Daun
Antiseptik
17.
Saga telik
(Abrus precatorius Linn)
Daun
Stomatitis aftosa
18.
Sebung
(Blumea balsamifera D.C)
Daun
Analgesik, antipiretik
19.
Benalu the
(Loranthus spec. div.)
Batang
Anti kanker
20.
Pepaya
(Carica papaya Linn)
Getah
Daun
Biji
Sumber papain
Anti malaria
Kontrasepsi pria
21.
Butrawali
(Tinospora rumphii Boerl)
Batang
Anti malaria, diabetes melitus
22.
Pegagan (kaki kuda)
(Centella asiatica Urban)
Daun
Diuretika, antiseptik, antikeloid, hipertensi
23.
Legundi
(Vitex trifolia Linn)
Daun
Antiseptik
24.
Inggu
(Ruta graveolens Linn)
Daun
Analgesik, antipiretik
25.
Sidowajah
(Woodfordia floribunda Salibs)
Daun
Antiseptik, diuretic
26.
Pala
(Myristica fragrans Houtt)
Buah
Sedatif
27.
Sambilata
(Adrographis paniculata Nees)
Seluruh tanaman daun
Antiseptik, diabetes melitus
28.
Jahe (Halia)
(Zingibers officinale Rosc)
Umbi
Analgesik. Antipiretik, antiinflamasi
29.
Delima putih
(Punica granatum Linn)
Kulit buah
Antiseptik, antidiare
30.
Dringo
(Acorus calamus Linn)
Umbi
Sedatif
31.
Jeruk nipis
(Citrus aurantifolia Swiqk)
Buah
Antibatuk




Apakah obat herbal harus lari sampai ke isolat (penemuan senyawa aktif) atau cukup ekstrak saja?
Sebelumnya saya ambil contoh ini. Tanaman tapak dara mempunyai kandungan zat aktif vincristine dan vinblastine. Kedua senyawa telah mampu diisolasi menjadi senyawa tunggal dan banyak digunakan pada terapi kanker. Dalam kasus seperti ini tepat, zat aktif diisolasi karena dalam penyakit kanker perlu dosis tertentu dan tepat, jika digunakan ekstrak maka berapa kg ekstrak yang dibutuhkan untuk bisa berkhasiat.
Lain lagi cerita dengan doxorubicin. Senyawa ini dihasilkan oleh sejenis jamur. Doxorubicin merupakan alkaloid yang juga digunakan pada penyakit kanker, namun ketika Anda minum obat ini maka efek samping yang tidak diinginkan yaitu rambut rontok dan sumsum tulang kering. Ternyata efek doxorubicin tidak hanya bekerja membunuh sel kanker, tapi juga membunuh sel yang lain.
Contoh lain yaitu tanaman yang diteliti oleh salah satu profesor di Fakultas Farmasi UGM yaitu Piper cubeba (kemukus). Khasiatnya yaitu sebagai trachea-spasmolitik. Tanaman diuji dengan bioassay guided maksudnya: dari ekstrak kental misal ekstrak etanol, lalu difraksinasi dengan pelarut nonpolar sampai polar, lalu masing-masing fraksi diujikan farmakolgis pada hewan atau sel. Dari uji farmakologis, ketemu fraksi mana yang berkhasiat lalu dilanjutkan isolasi preparatif untuk menuju senyawa tunggal.
Contoh lain pada Orthosipon (kumis kucing) untuk penderita batu ginjal. Kadungan utamnya yaitu chromen yang sudah terbukti berkhasiat sebagai diuresis; flavonoid yang bisa menghancurkan batu ginjal; dan garam kalium yang juga sebagai diuresis. Jika ekstrak difraksi terus diambil hanya chromen saja, maka efek ke penyembuhan batu ginjal bisa turun karena ketiganya bekerja secara sinergis.
Senyawa Marker, Apakah Itu?
Merupakan senyawa penanda, yang hanya ada pada tanaman tersebut.  Contoh pada temulawak, senyawa markernya adalah xantorizol, pada purwoceng yaitu germacron. Marker mempunyai 2 tujuan utama yaitu sebagai penanda farmakologis dan analisis. Purwoceng markernya adalah germacron, senyawa ini hanya ditemukan di purwoceng, tapi dia bukan zat aktifnya, zat aktifnya adalah stigmasterol. Tapi stigmasterol juga ditemukan di cabe jawa. Oleh karena itu sering ditemukan adanya pemalsuan purwoceng yang dicampur dengan cabe jawa, karena harga purwoceng jauh lebih mahal. Ketika yang diuji Stigmasterolnya maka tidak terlihat bedanya karena cabe jawa memang ada zat yang sama. Jadi marker berperan sebagai identitas ekstrak. Jadi yang perlu dianalisis adalah germacron-nya.
1.4. Manfaat bagi kesehatan manusia
Di samping kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta pendidikan, kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena dengan kondisi kesehatan yang baik dan kondisi tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan, tumbuh dan menjalankan aktivitasnya dengan baik. Apabila terjadi suatu keadaan sakit atau gangguan kesehatan, maka obat akan menjadi suatu bagian penting yang berperan aktif dalam upaya pemulihan kondisi sakit tersebut.
Selama ini, pembangunan kesehatan meletakkan ilmu pengobatan Barat (modern) sebagai dasar sistem kesehatan nasional, begitu pula berbagai peraturan dan kebijakan lebih banyak menyangkut obat-obatan modern. Di lain pihak, merujuk pada filosofi pengobatan Timur, eksistensi manusia tidak terpisah dari unsur alam semesta, yang meliputi air, api, tanah dan udara. Keberadaan manusia di tengah kehidupan harus dipandang secara holistik. Ketika manusia terganggu kesehatannya, harmoni kehidupannyapun terganggu. Pada saat inilah manusia membutuhkan obat untuk memulihkan kesehatannya.
Berbicara mengenai obat alami, sumber penggunaannya dapat ditelusuri dari budaya dan konsep kesehatan dari beberapa prinsip pandang di antaranya Ayurveda, Cina dan Unani-Tibb (Wijesekera, 1991)
Sistem Ayurveda yang berkembang di India dan kawasan Asia Tenggara menganut konsep pemulihan kesehatan berdasarkan pengembalian (restorasi) dan menjaga keseimbangan tubuh pada keadaan normal. Sistem Cina, yang berkembang di Cina, Jepang, Korea dan Taiwan, pada intinya menekankan pada pengembalian hubungan fungsional yang dinamis antar organ tubuh. Sedangkan sistem Unani-Tibb yang berkembang di Timur Tengah terutama Mesir dan Turki, berdasarkan konsep terapi yang sistematis. Di Indonesia sendiri, landasan ilmiah konsep pengobatan tradisional belum didokumentasikan secara sistematis, namun manfaatnya telah dirasakan terutama oleh masyarakat yang hidupnya jauh dari fasilitas pengobatan modern.
Penggunaan tanaman obat di kalangan masyarakat sangat luas, mulai untuk bahan penyedap hingga bahan baku industri obat-obatan dan kosmetika. Namun, di dalam sistim pelayanan kesehatan masyarakat, kenyataannya peran obat-obat alami belum sepenuhnya diakui, walaupun secara empiris manfaat obat-obat alami tersebut telah terbukti. Sebagai salah satu contoh adalah penggunaan jamu sebagai obat kuat, obat pegal linu, mempertahankan keayuan, pereda sakit saat datang bulan dan lain-lain, menyiratkan penggunaan jamu yang sangat luas di masyarakat. Memang disadari, bahwa produksi jamu belum banyak tersentuh oleh hasil-hasil penelitian karena antara lain disebabkan para produsen jamu pada umumnya masih berpegang teguh pada ramuan yang diturunkan turun-temurun. Akibatnya, hingga saat ini obat tradisional masih merupakan bahan pengobatan alternatif di samping obat modern.
Dengan adanya krisis moneter yang melanda Indonesia dan berlanjut menjadi krisis ekonomi yang berkepanjangan, berdampak pada melonjaknya harga obat-obatan modern secara drastis oleh karena lebih dari 90% bahan bakunya tergantung impor. Obat tradisional, yang merupakan potensi bangsa Indonesia, oleh karena itu dapat ikut andil dalam memecahkan permasalahan ini dan sekaligus memperoleh serta mendayagunakan kesempatan untuk berperan sebagai unsur dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, terlebih-lebih dengan adanya kebijakan Menteri Kesehatan RI tahun 1999 untuk mengembangkan dan memanfaatkan tanaman obat asli Indonesia untuk kebutuhan farmasi di Indonesia.
Kecenderungan kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam, tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga berlaku di banyak negara karena cara-cara pengobatan ini menerapkan konsep back to nature atau kembali ke alam yang diyakini mempunyai efek samping yang lebih kecil dibandingkan obat-obat modern .
Mengingat peluang obat-obat alami dalam mengambil bagian di dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat cukup besar dan supaya dapat menjadi unsur dalam sistem ini, obat alami perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat memenuhi persyaratan keamanan, khasiat dan mutu.
1.5 Obat Tradisional dan Tanaman Obat di Indonesia
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang. Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang meracik obat.
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang bangsa kita telah terkenal pandai  meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam jenis tumbuhan, akar-akaran, dan bahan-bahan alamiah lainnya diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Ramuan-ramuan itu digunakan pula untuk menjaga kondisi badan agar tetap sehat, mencegah penyakit, dan sebagian untuk mempercantik diri. Kemahiran meracik bahan-bahan itu diwariskan oleh nenek moyang kita secara turun temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya, hingga ke zaman kita sekarang.
Di berbagai daerah di tanah air, kita menemukan berbagai kitab yang berisi tata cara pengobatan dan jenis-jenis obat tradisional. Di Bali, misalnya, ditemukan kitab usadha tuwa, usadha putih, usadha tuju, dan usadha seri yang berisi berbagai jenis obat tradisional. Dalam cerita rakyat seperti cerita Sudamala, dikisahkan bagaimana Sudamala berhasil menyembuhkan mata pendeta Tambapetra yang buta. Demikian pula relief cerita Mahakarmmawibhangga pada kaki Candi Borobudur, menggambarkan seorang anak kecil yang sakit dan sedang diobati dua orang tabib. Salah satu relief lainnya, juga memperlihatkan kegiatan seorang tabib sedang. Meracikobat.
Demikian pula dalam tradisi Melayu, ditemukan naskah-naskah yang menyajikan resep obat-obatan. Naskah-naskah itu, antara lain memuat berbagai jamusawan, jamu sorong, jamu untuk ibu hamil dan melahirkan, obat sakit mata,obat sakit pinggang, hingga obat penambah nafsu makan. Peralihan dari zaman Hindu-Budha ke zaman Islam, telah memperkaya khazanah tradisi pengobatan dalam masyarakat kita. Berbagai buku kedokteran Islam yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persia, telah diterjemahkan baik ke dalam bahasa Jawa maupun bahasa Melayu.Semua ini berlangsung tanpa terputus, sampai bangsa kita mengenal ilmu kedokteran dari Eropa pada zaman penjajahan.
Di tengah-tengah serbuan obat-obatan modern, jamu dan ramuan tradisional tetap menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat kita. Tidak hanya masyarakat di pedesaan, masyarakat di perkotaan pun mulai mengkonsumsi obat-obatan tradisional ini. Diberbagai pelosok tanah air, dengan mudah kita menjumpai para penjual jamu gendong berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Demikian pula, kios-kios jamu tersebar merata di seluruh penjuru tanah air. Jamu dan obat-obatan tradisional, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat kita.
Keragaman obat-obatan tradisional di tanah air, telah memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, dan kesehatan bangsa kita. Negara kita menjadi salah satu pusat tanaman obat di dunia. Ribuan jenis tumbuhan tropis, tumbuh subur di seluruh pelosok negeri. Belum semua jenis tanaman itu kita ketahui manfaat dan khasiatnya. Kita hanya berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan semua jenis tumbuhan itu, pastilah tidak sia-sia. Semua itu pasti ada manfaatnya. Olehkarena itu, perlu dilakukan konservasi sumber daya alam, agar jangan ada jenis tanaman yang punah. Kebakaran hutan bukan saja memusnahkan satwa dan fauna, tetapi juga menimbulkan polusi dan meningkatkan suhu pemanasan global.
Jamu dan obat tradisional, sampai saat ini belum dikembangkan secara optimal. Produksi jamu dan obat-obatan tradisional lebih banyak diproduksi oleh homeindustry. Hanya sebagian kecil jamu dan obat-obatan tradisional yang diproduksi secara masal melalui industri jamu dan obat tradisional di pabrik-pabrik. Untuk meningkatkan kualitas, mutu, dan produk jamu serta obat-obatan yang dihasilkan oleh masyarakat kita, diperlukan kerjasama seluruh pihak yang terkait.Kerjasama itu dimaksudkan agar jamu dan obat tradisional yang dihasilkan dapat bersaing, baik di pasar regional maupun global.
Beredarnya jamu dan obat-obatan yang tidak terdaftar di Badan Pengawasan Obatdan Makanan, akan merugikan konsumen. Di samping itu, secara ekonomi, beredarnya obat-obatan seperti itu justru akan merusak citra obat tradisional. Citra yang rusak akhirnya akan memukul produksi dan pemasaran obat-obatan tradisional, di dalam maupun di luar negeri. Pemerintah, terus berupaya melakukan pengawasan demi meningkatkan keamanan, mutu, dan manfaat obat tradisional. Hal ini dilakukan agar masyarakat terlindung dari obat tradisional yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Melalui penelitian dan pengembangan yang cermat dan teliti, jamu dan obat-obatan tradisional dapat diarahkan untuk menjadi obat yang dapat diterima dalam pelayanan kesehatan formal. Memang harus kita akui, bahwa para dokter dan apoteker, hingga saat ini masih belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka rekomendasikan kepada para pasiennya. Akibatnya, pemasaran produk jamu tidak dapat menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern.

Akhir-akhir ini, tampak adanya trend hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Oleh karena itu, jamu dan obat-obatan tradisional perlu didorong untuk menjadi salah satu pilihan pengobatan. Jamudan obat-obatan tradisional harus didorong pula untuk menjadi komoditi unggulan yang dapat memberikan sumbangan positif bagi meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kegiatan itu juga memberikan peluang kesempatan kerja, dan mengurangi kemiskinan.

1.7 Penggolongan Obat Teradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (DepKesRI).
Obat bahan alam yang ada di Indonesia saat dapat dikategorikan menjadi 3 kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
1.Jamu (Empirical based herbal medicine)


Logo Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang disiapkan dan disediakan secara tradisional. Berisi seluruh bahan Tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional berdasarkan pengalaman. Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur atau pengalaman leluhur. Sifat jamu umumnya belum terbukti secara ilmiah (empirik) namun telah banyak dipakai oleh masyarakat luas. Belum ada pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi digunakan dengan bukti empiris berdasarkan pengalaman turun temurun. Perlu diperhatikan, JAMU itu bisa diartikan denga kata lain OBAT ASLI INDONESIA, jadi jika meyebutkan jangan “JAMU INDONESIA” tapi cukup dengan “JAMU”. Jamu adalah obat-obatan yang ramuannya masih khas dan sederhana, dapat dijumpai di masyarakat sudah digunakan secara turun temurun dan terbukti secara di masyarakat nyata memiliki efek
Jamu harus memenuhi kriteria:
·                     Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
·                     Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris
·                     Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
·                     Harus sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya yaitu tingkat umum dan medium
·                     Harus diawali dengan kata-kata: “Secara tradisional digunakan untuk…” atau sesaui dengan yang disetujui pada pendaftaran
2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)
Logo Obat Herbal terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam (dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral). Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan telah dilakukan uji toksisitas akut maupun kronis. Intinya OHT sudah terstandardisasi komposisinya, dan sudah diujikan dan terbukti berkhasiat lewat penelitian pada hewan
Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria:
·                     Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
·                     Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik
·                     Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
·                     Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
·                     Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium


3.Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
         Logo Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, dan tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Di samping itu obat herbal jauh lebih aman dikonsumsi apabila dibandingkan dengan obat-obatan kimia karena memiliki efek samping yang relatif sangat rendah. Obat tradisional semakin banyak diminati karena ketersediaan dan harganya yang terjangkau.
Dengan dilakukannya uji klinik, maka akan meyakinkan para praktisi medis ilmiah untuk menggunakan obat herbal ke dalam sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilmiah. Pada intinya, fitofarmaka itu obat dari bahan alam yang secara penelitian dan khasiat sudah bisa disetarakan dengan obat-obatan sintesis/modern. Penelitiannya sudah melalui uji klinis (pada manusia)
Good Agriculture Practise (GAP)
Oleh karena bayak variabel yang berbeda dalam herbal walau sama-sama tanamannya maka dikembangkan GAP. Yaitu upaya untuk standardisasi dimulai sejak budi daya. Hal ini dimaksudkan supaya diperoleh keterulangan yang sama antarproduk yang dibuat. Ini dianalogikan dengan proses pembuatan obat sintetis yaitu dari proses bahan baku, proses produksi, uji kestabilan, uji kualitas semua ada SOP-nya (prosedur tetap/protap).
OHT vs FITOFARMAKA
Fitofarmaka, masih banyak orang yang asing dengan istilah ini. Jumlah fitofarmaka di Indonesia hingga tahu 2011 hanya ada 5 yaitu Stimuno (Dexa Medica), X-Gra (Phapros), Tensigard (Phapros), Rheumaneer (Nyonya mener), dan Nodiar (Kimia Farma). (Baca : Fitofarmaka di Indonesia). Sedangkan OHT mencapai 17 dan golongan jamu mencapai ribuan.
Mengapa Fitofarmaka jumlahnya sedikit sekali, padahal kekayaan hayati Indonesia sangat besar? Alasan klasik yaitu masalah waktu dan biaya. Untuk menuju grade fitofarmaka diperlukan dana milyaran hingga triliunan dan waktu bisa lima sampai belasan tahun. Selain kedua alasan di atas, sebenarnya ada satu alasan lagi mengapa para produsen “belum mau” mengangkat produknya menuju ke fitofarmaka. Yaitu belum populernya fitofarmaka dan masyarakat belum paham makna penggolongan grade-grade tersebut.
Contoh, Anda tahu  Tolak Angin? Pada awalnya  produk ini adalah Jamu, namun sekarang sudah OHT. Bagi konsumen, jelas dengan kenaikan grade ini semakin meningkatkan kepercayaan, obat ini telah melalui proses standardisasi sehingga lebih terjamin produknya. Masyarakat kita baru sampai tahap ini saja, bisa membedakan Jamu dan OHT, namun belum sampai ke fitofarmaka.
Jadi masyarakat belum tahu apa makna label Fitofarmaka di suatu produk. Maksudnya apa? Jika kita di Apotek disuguhkan oleh apoteker 2 produk, 1 stimuno dan 1 lagi obat yang mengandung sama-sama meniran, malah ada tambahan Echinacea dan Zn, Vitamin C, dengan harga lebih murah, juga kemasan yang lebih menarik. Tentu masyarakat akan cenderung memilih produk X.
Di sini yang jadi titik kritis, walau bisa dikatakan produk X lebih “pepak/komplit” tapi ini belum diuji formulasinya ke klinik (manusia/pasien), jadi kita belum tahu bagaimana satu-kesatuan tersebut (formulasi) efeknya pada manusia. Walau sudah di-claim masing-masing bahan oleh jurnal-jurnal ilmiah. Terus timbul pertanyaan, apakah dengan label Fitofarmaka lantas obat jadi tambah manjur? Tentu tidak, cuma khasiat dari satu-kesatuan (formulasi) produk tersebut telah teruji dan dibuktikan secara klinik/ilmiah.
Bagaimana dari sisi produsen mengapa tidak mengangkat lagi produk OHT-nya ke arah fitofarmaka? Jawabnya: Mungkin jawabannya “Jangan dulu. Dalihnya, masyarakat saat ini pahamnya OHT lebih tinggi dari Jamu dan belum kenal dengan fitofarmaka. Lalu buat apa saya repot-repot mengangkat ke fitofarmaka dengan biaya dan waktu yang lama, namun tidak menambah revenue dari modal tersebut. OHT saja sudah cukup menaikkan pamor, sudah bisa menghasilkan revenue dalam jumlah besar, jadi nanti saja ke fitofarmaka-nya”. Ini adalah salah satu kendala fitofarmaka untuk berkembang luas dan berhenti di OHT saja.
Lagi pula, tidak ada jaminan bahwa dengan fitofarmaka lantas penjualan akan terus meningkat dan menjadi block-buster? Buktinya Stimuno bukan “revenue center” utama dari Dexa Medica. Dengan membuat fitofarmaka, lebih mengarah ke PENCITRAAN. “Oh, disana udah berhasil fitofarmaka …”. Dan ini mengakat nama pabrik secara keseluruhan (Brand corporate awareness).


Fitofarmaka harus memenuhi kriteria:
·                     Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
·                     Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
·                     Telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
·                     Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Jenis klaim penggunaan:
·                     Harus sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat pembuktian umum dan medium
dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
* keterangan mengenai lambang dan ketentuan mengenai penggunaan lambang-lama dan lambang-baru dapat dibaca selengkapnya pada Surat Keputusan Kepala BPPOM-RI No.Hk.00.05.4.2411 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia

Produk fitofarmaka di Indonesia masih terbatas jumlahnya. Saat ini baru ada 5 produk fitofarmaka yang beredar di pasaran, yaitu :
Nodiar ®
Produsen : Kimia Farma
Komposisi :
setiap tablet mengandung :
Attapulgite …………………… 300 mg

Psidii Folium Extract ………  50 mg
Curcuma domestica Rhizoma Extract …...7.5 mg

Indikasi : secara tradisional digunakan untuk membantu mengatasi diare nonspesifik.


Rheumaneer®
Produsen : Nyonya Meneer

Komposisi:
Curcumae domesticae Rhizoma ………95 mg
Zingiberis Rhizoma ekstrak…. 85 mg
Curcumae Rhizoma ekstrak …120 mg
Panduratae Rhizoma ekstrak ….75 mg
Retrofracti Fructus ekstrak….. 125 mg

indikasi: membantu mengurangi  nyeri persendian.

Stimuno®

Produsen : Dexa Medica

Komposisi:
Tiap 5 ml Stimuno Sirup mengandung ekstrak Phyllanthus niruri 25 mg.
Tiap kapsul Stimuno mengandung Phyllanthus niruri 50 mg

Indikasi: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh

Tensigard®

Produsen : Phapros

Komposisi:
tiap kapsul berisi:
Ekstrak Apii herba 92mg
Ekstrak Orthosiphon folium 28mg

Indikasi: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic








1.8 Khasiat dari beberapa tanaman Obat

BROTOWALI (Tinospora tuberculata Beumme)
Kandungan kimia :
Batang mengandung Pati, Glikosida, Pikroretosid, Alkaloida, Berbenia, Palmatina, zat pahit Pikroretin dan Harsa.
Kegunaan/khasiat :
Batang digunakan untuk mengobati diabetes, cuci darah, cuci luka.


JAHE MERAH (Zingiber officinale Roxb)
Kandungan kimia :
Rimpang mengandung : Sineol, Borneol, Sitral, Minyak atsiri.
Kegunaan/khasiat :
Rimpang bisa digunakan sebagai obat kuat, kejang, sinusitis.

 
BELANDA (Guazuma ulmifolia)
Kandungan kimia :
Daun mengandung Minyak lemak, Zat lendir, Asam, Damar, Glukosa, Tanin, Zat pahit.
Kegunaan/khasiat :
Daun digunakan sebagai pelangsing, pengelat.




JINTAN HITAM (Ningella sativa Linn)
Kandungan kimia :
Mengandung minyak terbang dan minyak lemak.
Kegunaan/khasiat :
Digunakan sebagai pelangsing, kembung, peluruh keringat, penghangat badan, sakit perut sebelah bawah, radang selaput lendir hidung (caranya : dengan menghirup bau minyak terbang dari bijinya).

KEJI BELING (Sericocalyx crispus)
Kandungan kimia :
Daun Keji Beling mengandung unsur-unsur mineral seperti Kalium, Natrium, Kalsium dan beberapa unsur lainnya.
Khasiat :
Daun Keji Beling berguna untuk obat kulit gatal yang memiliki khasiat mengurangi rasa gatal (adstringens).
Daun Keji Beling berguna untuk obat batu ginjal yang memiliki khasiat meluruhkan air seni.
Daun Keji Beling berguna untuk obat bawasir yang memiliki khasiat mengurangi pendarahan.

KELADI TIKUS (Typhonium flagelliforme)

Kegunaan/khasiat :
Tanaman digunakan untuk mengobati Kanker payudara, Rectum, Usus besar, Paru-paru, Leukemia, Otak, Leher rahim, Orostat, Liver, Ginjal, Tenggorokan, Tulang, Limpa, Empedu dan Pankreas.
Umbi digunakan untuk mengobati Frambusia, Koreng, Menetralisir racun narkoba.






KEMUKUS (Piper cubeba Linn)
Kandungan kimia :

Buah mengandung Minyak atsiri, Asam kubebat, Damar, Kubebina, Piperina, Minyak lemak.
Kegunaan/khasiat :
Digunakan untuk mengobati asma (dibubuhkan dalam rokok sigaret), gangguan jantung, obat radang selaput lendir, gonorhoe, penyakit perut, disentri.



KEMUNING (Murrava paniculata L. Jack)
Kandungan kimia :
Daun mengandung Metyl anthranilat, â-caryophyllen, Geraniol, Carene-3, Eugenol, Citronelol, Metyl salisilat, Ostol, Peniculatin, Coumurayin, Bisabolene, Cadinene.
Kegunaan/khasiat :
Akar digunakan untuk mengobati penyakit bisul, keseleo, rematik, sakit pinggang, memar, radang buah zakar.
Daun digunakan sebagai pelangsing, mengobati batu ginjal, infeksi saluran kencing, haid tidak teratur, keputihan, tukak lambung, radang otak.
Daun + batang digunakan sebagai obat cuci eksim.
Minyak dari kulit batang digunakan sebagai obat oles untuk sakit gigi.



KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth)

Kandungan kimia :
Daun mengandung Glukosa orthosinfonin, Minyak atsiri, Minyak lemak, Saponin, Sapofonin, Garam kalium, Zat samak.
Kegunaan/khasiat :
Daun digunakan sebagai peluruh kencing, mengobati batu ginjal.



MAHKOTA DEWA BUAH (Phaleria papuana Warb)

Kandungan kimia :
Daun, kulit buah mengandung Alkaloida, Saponine dan Flavonoid.
Daun juga mengandung Polifenol.
Kegunaan/khasiat :
Digunakan untuk mengobati penyakit jantung, lever, diabetes, hipertensi, asam urat, ginjal, penambah stamina, alergi, penyakit kulit, penurun kolesterol, obat ketergantungan narkoba.
Daun digunakan untuk mengobati lemah syahwat, disentri, alergi, tumor.
Kulit dan daging buah (direbus) digunakan sebagai obat flu, rematik, kanker rahim stadium akhir.
Cangkang buah (direbus) digunakan untuk mengobati penyakit kanker payudara, kanker rahim, paru-paru, sirosis hati (wis).

MENI
RAN (Phylanthus urinaria)
Kandungan kimia :
Herba mengandung Filantin, Hipofilantin, Garam kalium.
Kegunaan/khasiat :
Herba digunakan untuk mengobati batu ginjal, asam urat, rematik, peluruh kencing.

MIMBA (Azadirachta indica)
Kandungan kimia :
Mengandung Azadirachtin, Minyak gliserida, Asam asetiloksifuranil-dekahidrotetrametil, Oksosiklopentanatol, Furan-aetat, Keton, Nimbol.
Kegunaan/khasiat :
Daun digunakan sebagai obat diabetes, malaria, diare, disentri, masuk angin, kanker lever, jerawat, obat cuci sakit eksim dan kudis, menghilangkan ketombe.

PEGAGAN (Centella Asiatica)
Kandungan kimia :
Pegagan mengandung Thankunside, Asiaticoside, Brahmoside, Natrium, Kalsium, Zat ssamak, dll.
Kegunaan/khasiat :
Pegagan digunakan untuk mengobati penyakit campak, kencing darah, radang hati, keputihan, mata merah dan bengkak, wasir, dll.

PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molkenb)
Kegunaan/khasiat :
Akar digunakan sebagai penambah vitalitas tubuh.





RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa)
Kegunaan/khasiat :
Seluruh tumbuhan (direbus) digunakan sebagai peluruh kencing, menghilangkan panas dan racun, anti radang, melancarkan sirkulasi darah, bisul.

SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness)
Sambiloto merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan di Indonesia. Tanaman ini sudah diteliti secara etnobotani, botani, penyebaran , budidaya, efek farmakologi, kandungan kimia, uji praklinis maupun uji klinis. Penggunaan sambiloto untuk pengobatan penyakit maupun pencegahan sudah terbukti secara nyata, aman dan efektif. Hal ini menjadi dasar bagi peneliti tanaman obat untuk mengembangkan sambiloto secara ilmiah agar dapat diterima sebagai obat dalam pelayanan kesehatan formal. Penelitian sambiloto sebenarnya sudah pada tahap uji praklinis dan uji klinis yang dilaksanakan oleh para peneliti dalam dan luar negeri . Perkembangan terakhir disebutkan bahwa ekstrak sambiloto telah dipatenkan sebagai anti HIV pada 13 Desember 1996 oleh Pracelsian Inc bekerjasama dengan Bastyr University dan dipasarkan dengan nama dagang Andro Vir.
Kandungan kimia :
Tanaman sambiloto mengandung Laktone dan Flavonoid. Laktone yang diisolasi dari daun dan percabangannya yaitu Deoxyandrographolide, Andrographolide, Neoandrogapholide, 14-deoxy-n, 12-didehdoandrographolide, dan Homoandrographolide. Sedangkan flavonoid diisolasi terbanyak dari akar yaitu Polymethoxyflavone, Androgaphin, Panicolin, Mono-o-methylwithtin, dan Apigenin 7, 4-dimethyl ether.
Khasiat :
Daun sambiloto berguna untuk obat malaria yang memiliki khasiat menurunkan panas.
Daun sambiloto berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas.
Daun sambiloto berguna untuk obat kurang gizi yang memiliki khasiat menambah nafsu makan.
Daun sambiloto berguna untuk obat sakit perut yang memiliki khasiat meluruhkan kentut, menguatkan lambung, memperkuat saluran pencernaan, dan meredakan kejang.
Daun sambiloto berguna untuk obat kulit yang memiliki khasiat mengurangi radang dan gatal. (Dikutip dari : "TOGA 3 – Tanaman Obat Keluarga", Hieronymus Budi Santoso, penerbit : Kanisius).

SENGGUGU (Clerodendrum serratum)
Kandungan kimia :
Daun mengandung Kalium, Alkaloida.
Kulit batang mengandung senyawa Triterpenoid, Asam oleanolat, Asam queretaroat, Asam serratogenat.
Kulit akar mengandung Glikosida fenol, Manitol, Sitosterol.
Kegunaan/khasiat :
Daun sebagai obat cacingan, perut busung, borok berair, rematik.
Tanaman sebagai obat malaria, memulihkan tenaga sehabis bersalin, menjernihkan suara, bisul, luka terpukul, tulang patah, digigit ular.
Buah untuk mengobati batuk.

TAPAK DARA (Catharanthus roseus)
Kandungan kimia :
Akar, batang, daun, biji mengandung Alkaloida (Vinblastine, Vincristine, Leurosine, Vincadioline, Leurosidine, Catharanthine, Vindoline, Vindolinine).
Kegunaan/khasiat
Herba digunakan untuk mengobati penyakit kanker, leukemia, kanker payudara, kanker rahim, anemia, demam, gondong, muntaber, sakit perut, batuk.
Daun digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, tangan gemetar (buyutan), hipertensi, diabetes, batu ginjal, asma, bronkhitis.
Akar digunakan untuk mengobati malaria.

TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L)
Kandungan kimia :
Lactucerol, Inositol, Manitol, Flavonoida, Taraksasterol, Silika, Kalium.
Kegunaan/khasiat :
Daun digunakan sebagai obat hipertensi, kencing batu, kandung kencing dan empedu berbatu, asam urat.
Herba digunakan mengobati radang payudara (mastitis).

TEMU IRENG (Curcuma aeruginosa Roxb)
Kandungan kimia :
Temu ireng mengandung minyak atsiri, curcumol, kurdione, zat pati, damar, alkaloida, saponin, lemak, mineral.
Kegunaan/khasiat :
Rimpang berkhasiat untuk :
- menambah nafsu makan
- demam nifas
- sakit waktu haid
- ayan
- malaria
- cacingan
- sariawan
- batuk
- koreng, kudis
- meningkatkan stamina tubuh
- peluruh kentut
- kembung
- gonorrhoe
- pembersih darah pasca bersalin
- penetral racun dalam tubuh

TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
Kandungan kimia :
Komponen utama kandungan zat dalam temulawak adalah Kurkumin dan Minyak atsiri.
Kurkumin bermanfaat sebagai Acnevolgaris, Antiinflamasi (antiradang), dan Antihepatotoksik (anti keracunan empedu).
Minyak atsiri temulawak mengandung Phelandren, Kamfer, Borneol, Xanthorrhizol, Turmerol, dan Sineal.
Khasiat :
Rimpang temulawak berguna untuk obat panas yang memiliki khasiat menurunkan panas.
Rimpang temulawak berguna untuk obat ASI yang memiliki khasiat memperlancar ASI.
Rimpang temulawak berguna untuk obat kurang gizi yang memiliki khasiat menambah nafsu makan.
Rimpang temulawak berguna untuk obat maag yang memiliki khasiat membersihkan darah.
Rimpang temulawak berguna untuk obat mencret yang memiliki khasiat membunuh kuman.
Rimpang temulawak berguna untuk obat luka yang memiliki khasiat membunuh kuman.

  Daun Salam



Anda tentu tak asing dengan daun beraroma khas ini. Dalam berbagai masakan, daun salam kerap dijadikan bumbu penyedap.

Ternyata, khasiat daun salam tak sebatas sebagai penyedap masakan. Daun tumbuhan yang banyak tumbuh liar di hutan dan pegunungan maupun sengaja ditanam di kebun atau pekarangan rumah ini berkhasiat mengobati diare, kelosterol tinggi, tekanan darah tinggi, kencing manis, maag. Sementara buah buninya yang bulat kecil-kecil bisa digunakan untuk mengobati mabuk akibat alkohol.
Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dalam dua gelas air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Setelah dingin, saring dan air
saringannya diminum sekaligus
Kencing manis
Cuci 7-15 lembar daun salam segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus sebelum makan. Lakukan sehari 2 kali.
Menurunkan kadar kolesterol tinggi
Cuci 10-15 lembar daun salam segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sekaligus di malam hari. Lakukan setiap hari.
Menurunkan tekanan darah tinggi
Cuci 7-10 lembar daun salam, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing setengah gelas.


Maag
Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan 1/2 liter air sampai mendidih selama 15 menit. Tambahkan gula enau secukupnya. Setelah dingin, minum airnya sebagai teh. Lakukan setiap hari sampai rasa perih dan penuh di lambung hilang.
Mabuk alkohol
Cuci 1 genggam buah salam masak, lalu tumbuk sampai halus. Peras dan saring, air yang terkumpul diminum sekaligus.
Kudis, gatal-gatal
Untuk pengobatan luar, cukup ambil daun, kulit, batang, atau akar salam seperlunya. Cuci bersih, lalu giling halus sampai menjad adonan seperti bubur. Balurkan ke tempat yang gatal, kemudian dibalut.

Asam Jawa



Tak salah bila Asam jawa digunakan sebagai bahan baku ramuan jamu tradisional. Karena khasiatnya memang luar biasa. Buah berbentuk polong yang rasanya sangat masam ini efektif mengobati berbagai penyakit.
Asma
Ambil 2 potong kulit pohon asam jawa, adas pulawaras secukupnya. Kedua bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian disaring. Minum air rebusan 2 kali sehari
Batuk kering
Ambil 3 polong buah asam jawa, setengah genggam daun saga. Kedua bahan tersebut direbus dengan 4 gelas air hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Minum 2 kali sehari, setiap pagi dan sore.
Demam
Ambil 1 genggam daun asam jawa, adas pulawaras secukupnya. Kbahan tersebut direbus dengan setengah liter air hingga mendidih, kemudian disaring. Minum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Sakit Panas
Ambil 2 polong buah asam jawa yang telah masak. Seduh dengan segelas air panas, tambahkan sedikit garam, kemudian disaring. Lalu diminum 2 kali sehari. Catatan: ibu hamil tidak dianjurkan meminum resep ini.
Rematik
Ambil 1 genggam daun asam jawa, 2-3 biji asam jawa (klungsu). Kedua bahan tersebut ditumbuk halus, kemudian gunakan untuk mengompres bagian yang sakit.
Sakit perut
Ada beberapa pilihan resep:
a. Bahan: 3 polong buah asam jawa yang sudah masak, kapur sirih dan minyak kayu putih secukupnya. Semua bahan tersebut dicampur sampai merata, gunakan sebagai obat gosok, terutama pada bagian perut.
b. Bahan: 3 polong buah asam jawa, 1 potong gula aren. Kedua bahan tersebut diseduh dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring. Lalu diminum.
c. Bahan: 2 polong buah asam jawa, 1 rimpang kunyit sebesar ibu jari, 1 potong gula kelapa. Kunyit diparut, kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dan diseduh dengan 1 gelas air panas, kemudian disaring, lalu diminum.
Morbili (campak jerman)
Ambil 1 - 2 potong buah asam jawa yang telah masak, 2 rimpang kunyit sebesar ibu jari. Kunyit diparut, kemudian kedua bahan tersebut dicampur sampai merata. Ramuan tersebut digunakan sebagai bedak/ obat gosok.
Alergi/ biduren
Ambil 2-3 polong buah asam jawa yang telah tua, 1/4 sendok makan kapur sirih, garam secukupnya. Rebus semua bahan dengan 3 gelas air hingga tinggal 2 gelas, saring. Air rebusan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
Sariawan
Ambil 2 polong buah asam jawa, 2 rimpang temulawak sebesar ibu jari, 1 potong gula kelapa. Semua bahan tersebut direbus sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring. Diminum seperlunya hingga sariawan hilang.
Luka baru
Ambil daun asam jawa secukupnya, kemudian ditumbuk atau dikunyah sampai lumat. Tempelkan pada bagian tubuh yang terluka.
Luka borok
Ambil beberapa biji asam jawa (klungsu). Tumbuk halus, tempelkan pada luka, kemudian dibalut perban.
Eksim dan Bisul
Ambil 1 genggam daun asam jawa yang masih muda, 2 rimpang kunyit sebesar ibu jari. Tumbuk kedua bahan tersebut sampai halus. Tempelkan pada bagian yang sakit.


Bengkak karena disengat lipan atau lebah
Ambil 3 - 5 biji asam jawa, tumbuk halus. Bubuhkan pada bagian tubuh yang bengkak, setelah terlebih dahulu dibersihkan menggunakan minyak kayu putih.
Mencegah rambut rontok
Ambil beberapa biji asam jawa, tumbuk halus, pijatkan pada kulit kepala, lalu bersihkan dengan sampo.


Belimbing


Buah yang menjadi ikon kota Demak ini memang segar karena kandungan airnya sangat tinggi. Buah belimbing yang terasa manis agak sedikit asam ini memiliki beragam khasiat, mengobati batuk, sariawan, jerawat, tekanan darah tinggi, dan banyak lagi. Daun dan bunga belimbing juga berguna untuk pengobatan.
Untuk pemakaian luar seperti mengobati:

Pegal linu, ambil 1 genggam daun belimbing yang masih muda, 10 biji cengkeh, 15 biji lada, giling halus, lalu tambahkan cuka secukupnya. Balurkan ke tempat yang sakit.


Gondongan, ambil 10 ranting muda belimbing berikut daunnya dan 4 butir bawang merah. Cuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ke tempat yang sakit.


Jerawat
a. Ambil buah belimbing secukupnya, cuci kemudian ditumbuk halus, lalu diremas dengan air garam seperlunya. Gunakan untuk menggosok wajah yang berjerawat. Lakukan 3 kali sehari.
b. Ambil 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang, digiling halus lalu diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis. Gunakan untuk menggosok wajah yang berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.
Panu
Ambil 10 buah belimbing, dicuci lalu digiling halus, tambahkan kapur sirih sebesar biji asam, diremas sampai rata. Ramuan ini digunakan untuk menggosok kulit yang terserang panu. Lakukan 2 kali sehari.
Sementara untuk pemakaian dalam seperti diminum, dibutuhkan cara khusus.
Batuk
Ambil segenggam bunga belimbing, beberapa butir adas, gula secukupnya dan air 1 cangkir. Semua bahan ditim selama beberapa jam, angkat, lalu dinginkan. Saring, kemudian diminum dua kali, pagi dan malam saat perut kosong.
Atau, ambil 25 kuntum bunga belimbing, 1 jari rimpang temu-giring, 1 jari kulit kayu manis, 1 jari rimpang kencur, 2 butir bawang merah, 1/4 genggam pegagan, 1/4 genggam daun saga, 1/4 genggam daun inggu, 1/4 genggam daun sendok, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin, air rebusan disaring, tambahkan sedikit madu. Minum sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
Batuk rejan
Ambil 10 buah belimbing, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, kemudian diremas dengan 2 sendok makan air garam, lalu disaring. Diminum 2 kali sehari.
Sariawan
a. Ambil segenggam bunga belimbing, gula jawa secukupnya dan 1 cangkir air direbus sampai kental. Setelah dingin disaring, gunakan untuk membersihkan mulut dan mengoles sariawan.
b. Ambil 2/3 genggam bunga belimbing, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
c. Ambil 3 buah belimbing, 3 butir bawang merah, 1 buah pala muda, 10 lembar daun seriawan, 3/4 sendok teh adas, 3/4 jari pulosari, dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 3 sendok makan minyak kelapa, diperas lalu disaring. Dipakai untuk mengoles luka-luka akibat sariawan, 6-7 kali sehari.






Pare



Rasa pahit buah pare justru menjadi daya tariknya. Bagi sebagian orang, rasa pahit itu dapat menambah selera makan.
Tak hanya itu, buah, biji, bunga, dan akar tanaman pare juga dapat mengobati berbagai penyakit.
1. Haus karena panas dalam, demam, heat stroke
Satu buah pare mentah yang masih segar dicuci bersih, lalu dibelah. Buang isinya, potong-potong secukupnya, lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, lalu diminum.
2. Diabetes
a. 200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain sampai terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas). Perasan pare dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit. Setelah dingin diminum, lakukan setiap hari.
b. 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum. Lakukan setiap hari.
3. Disentri
Buah pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau dibuat jus, airnya diminum.
4. Disentri amuba
Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30 gram. Dicuci bersih lalu dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, tambahkan gula pasir secukupnya lalu diminum.
5. Cacingan
a. Daun segar sebanyak 7 g, diseduh dengan 1/2 cangkir air panas. Setelah dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk sampai merata, minum sekaligus sebelum makan pagi.
b. Ambil dua sampai tiga biji pare. Giling sampai halus, aduk dengan sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat. Ramuan ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang.
6. Menyuburkan rambut yang tipis dan kemerahan
a. Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun kemudian ditumbuk sampai seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Ramuan
ini kemudian diembunkan semalaman. Pagi-pagi ramuan ini disaring, airnya dipakai untuk membasuh kulit kepala.
b. Ambil daun pare yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih. Daun pare tadi ditumbuk sampai halus, lalu diperas dengan sepotong kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala. Lakukan setiap hari. Ramuan ini terutama digunakan untuk bayi dan anak balita.

7. Bisul, abses
Ambil segenggam daun pare, cuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring, minum.
8. Demam, malaria, sakit lever, sembelit
Segenggam penuh daun pare dicuci bersih, lalu ditumbuk halus. Tambahkan 1 cangkir air matang, diaduk merata lalu disaring. Air saringannya ditambahkan sedikit garam, lalu diminum pada pagi hari sebelum makan.

Cabe Rawit



Cabe rawit dikenal memiliki rasa paling pedas dibandingkan 'saudara-saudara'nya. Ini karena cabe rawit memiliki kadar kapsaisin paling tinggi. Namun, justru rasa pedas dan panas yang dihasilkan ini lah, cabe rawit sangat berkhasiat melancarkan aliran darah, menambah nafsu makan, melegakan hidung tersumbat, mengeluarkan dahak, mengobati migrain. Untuk pemakaian luar, rasa panas cabe bisa digunakan untuk mengobati rematik, campuran obat gosok, meringankan masuk angin.


Rasa pedas di lidah menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endofin yang dapat menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan perasaan lebih sehat. Pada sisitem reproduksi, sifat cabe rawit yang panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk. Selain itu, kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi (vitamim C dan beta karoten), cabe rawit dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan, afrodisiak dan memperlambat proses penuaan.
Seluruh bagian tanaman yang berasal dari Amerika tropis, dan suka tumbuh di dataran kering ini dapat digunakan sebagai obat; buah, daun, batang, dan akarnya.
Cara Permakaian
Untuk obat yang diminum, buah cabe rawit digunakan sesuai dengan kebutuhan. Tidak dimakan langsung, melainkan diolah dengan direbus, atau dibuat bubuk dan pil.
Untuk pemakaian luar, rebus buah cabe rawit secukupnya, lalu uapnya dipakai untuk memanasi bagian tubuh yang sakit. Atau, giling cabe rawit sampai halus, lalu bubuhkan ke bagian tubuh yang sakit. Bila merasa terlalu panas, Anda bisa menggunakan daun cabe yang digiling.
Sakit perut, cuci daun muda segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit kapur sirih, lalu aduk sampai rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian perut yang sakit.
Rematik, giling 10 buah cabe rawit sampai halus. Tambahkan setengah sendok teh kapur sirih dan air perasan satu buah jeruk nipis, lalu aduk sampai rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit.

Singkong



Saat dunia terancam bencana kekurangan pangan, saatnya kita kreatif mencari bahan makanan lain. Di Asia, beras masih menjadi bahan makanan pokok utama. Nenek moyang kita dulu sering mengkonsumsi singkong, ubi, jagung, dan sagu sebagai makanan pokok selain nasi. Tak ada salahnya, bukan, mencoba makanan pengganti lain yang ada di sekitar kita?
Jangan pernah meremekan singkong. Ubi kayu ini, selain mengandung karbohidrat tinggi dan bisa menggantikan nasi, juga dapat mengobati berbagai penyakit.
1. Rematik
Ambil 5 lembar daun singkong dan 1/4 sendok kapur sirih. Kedua bahan tersebut ditumbuk hingga halus, kemudian bubuhkan pada bagian yang sakit.
2. Demam
Ambil satu buah tangkai daun ubi kayu, lalu direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih. Saring, dan ambil airnya. Minum air rebusan ini 2 kali sehari, pagi dan sore.
Atau, ambil 3 lembar daun ubi kayu, ditumbuk halus, dan gunakan untuk mengompres.
3. Sakit Kepala
Ambil 3 lembar daun ubi kayu, ditumbuk halus, dan gunakan untuk mengompres.
4. Diare
Ambil 7 lembar daun ubi kayu, kemudian direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 2 gelas. Saring untuk diambil airnya. Air rebusan ini diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
5. Mengusir cacing perut
Ambil kulit batang ubi kayu secukupnya, kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas. Saring untuk diambil airnya, minum menjelang tidur malam.
6. Mata kabur
Ambil daun ubi kayu secukupnya, kemudian direbus, dan diberi bumbu garam dan bawang putih. Jadikan teman menyantap nasi setiap hari.
7. Luka melepuh seperti terkena knalpot
Ambil 1 potong singkong. Parut dan kemudian peras untuk diambil airnya, kemudian biarkan beberapa saat sampai tepung tapiokanya mengendap. Oleskan pada bagian tubuh yang luka.

Petai



Siapa menyangka, petai sama hebatnya dengan apel. Ya, si biang bau mulut ini mengandung tiga macam gula alami yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa yang dikombinasikan dengan serat.


Kombinasi kandungan ini mampu memberikan dorongan tenaga secara instan, yang bertahan cukup lama dan cukup besar efeknya. Riset membuktikan dua porsi petai mampu memberikan tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas berat selama 90 menit.
Penelitian juga membuktikan bahwa petai tidak hanya memberikan energi, namun juga mampu mencegah bahkan mengatasi beberapa macam penyakit dan kondisi buruk seperti:
Depresi
Petai efektif mengatasi depresi karena biji petai mengandung tryptophan, sejenis protein yang diubah tubuh menjadi serotonin. Inilah yang akan membuat rileks, memperbaiki mood dan secara umum membuat seseorang lebih bahagia.
PMS (premenstrual syndrome)
Jika mengalami PMS saat menstruasi, Anda tidak perlu minum pil ini ataupun itu, cukup atasi dengan makan petai. Vitamin B6 yang dikandung petai mengatur kadar gula darah, yang dapat membantu mood.
Anemia
Dengan kandungan zat besi yang tinggi, petai dapat menstimulasi produksi sel darah merah dan membantu apabila terjadi anemia.
Tekanan darah tinggi
Buah tropis unik ini sangat tinggi kalium, tetapi rendah garam, sehingga sangat sempurna untuk memerangi tekanan darah. Begitu tingginya, sehingga FDA Amerika mengizinkan perkebunan petai untuk melakukan klaim resmi mengenai kemampuan buah ini untuk menurunkan resiko tekanan darah dan stroke.
Sembelit
Karena kandungan seratnya yang tinggi, petai akan mempermudah menormalkan kembali proses pencernaan.
Obat mabuk
Salah satu cara paling cepat untuk menyembuhkan "penyakit" akibat mabuk adalah milkshake petai, yang dimaniskan dengan madu. petai akan membantu menenangkan perut dan dengan bantuan madu akan meningkatkan kadar gula darah yang jatuh, sedangkan susu akan menenangkan dan kembali memperbaiki kadar cairan dalam tubuh.
Kekenyangan
Petai memiliki efek antasid pada tubuh, sehingga bila dada Anda terasa panas akibat kebanyakan makan, cobalah makan petai untuk mengurangi sakitnya.
Mual di pagi hari (Morning Sickness)
Makan petai di antara jam makan akan membantu mempertahankan kadar gula dan menghindari muntah.
Gigitan nyamuk
Gatal akibat gigitan nyamuk, cobalah menggosok daerah yang terkena gigitan dengan bagian dalam kulit petai.
Luka lambung
Petai digunakan sebagai makanan untuk merawat pencernaan karena teksturnya yang lembut dan halus. Petai juga mampu menetralkan asam lambung dan mengurangi iritasi dengan melapisi permukaan dalam lambung.
Kecanduan Rokok
Petai dapat membantu menyembuhkan efek kecanduan nikotin akibat merokok karena mengandung vitamin B6 dan B12, juga kalium dan magnesium.

Cabe Puyang

Cabe Puyang (Piper Longum) berasal dari Asia, terutama Indonesia dan Thailand. Secara alami memang telah lama dipakai sebagai bahan pembuatan jamu.

Aktivitas antialergi cabe puyang sudah diteliti dan menunjukkan efektifitasnya dalam mengatasi infeksi tenggorokan dan mencegah kejang di bagian bronkial. Selain untuk mengatasi malaria kronis, buahnya juga dapat digunakan untuk melemahkan virus hepatitis.
Herba ini kerap digunakan untuk mengobati batuk,rematik, sendi kaku, mengatasi perut kembung, penyakit semacam lepra dan juga diyakini dapat meningkatkan vitalitas. Bagi penderita maag, cabe puyang dapat menghambat pengeluaran cairan di pencernaan dan menurunkan total asam lambung. Menurunkan LDL, VLDL serta kolesterol total sehingga baik untuk mencegah
Kandungan aktif yang ada di cabe puyang antaranya piperine, piperlonguminin, silvatin, guinensin, filfilin, sitosterol, resin dan minyak terbang.



1.9 Potensi Tanaman Obat Untuk Penyakit yang mematikan
1.9.1 Herball Terhadap Penyakit HIV
Kasus HIV/AIDS secara global sampai akhir 2009 mencapai 40 juta. Sampai saat ini obat anti-HIV dan vaksin HIV belum ditemukan. Kalangan ahli mulai berpaling ke tanaman untuk menemukan obat anti-HIV. Salah satu jenis tanaman Indonesia menjadi tumpuan harapan banyak orang karena ada tanaman itu mengandung zat anti-HIV.
Beberapa jenis tanaman sudah lama dimanfaatkan sebagai obat baik dalam bentuk jamu, racikan dan olahan pabrik. Bahkan, belakangan ini obat yang dibuat dari tanaman udah menjadi salah satu pilihan obat bagi sebagian masyarakat.
Salah satu jenis tanaman yang terdapat di hutan hujan tropik Indonesia (juga di Serawak, Malaysia) dikembangkan sebagai obat anti-HIV. Beberapa tahun yang lalu Dr. Djaja Soejarto dan rekan-rekannya di Universitas Illinois, AS, membawa ratusan ranting pohon dari Indonesia dan Malaysia untuk diuji di laboratorium sebagai bahan anti-HIV.
Salah satu di antara ratusan ranting itu mengandung Calanolide A. Ranting itu ternyata adalah ranting pohoh Calophillum lanigerum MIQ, di Indonesia dan Malaysia dikenal sebagai pohon betur belulang atau bintangor belulang.
Calanolide A ditemukan oleh Lembaga Kanker Nasional, AS (National Cancer Institute/NCI) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Illinois, AS, dan Arnold Arboretum. Zat ini dikembangkan oleh MediChem Research Inc. yang bekerja sama dengan Serawak MediChem Pharmaceuticals Inc. di Serawak, Malaysia. Pengembangannya didanai langsuing oleh Kerajaan Malaysia.
Penelitian secara in vitro (di dalam tabung reaksi) menunjukkan Calanolide A, yang merupakan Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) terlihat aktif terhadap HIV (human immunodeficiency virus) yaitu virus yang menyebabkan kondisi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu cacat system kekebalan tubuh dapatan karena sel-sel darah putih dirusak oleh HIV. HIV sendiri diketahui mempunyai resistansi (kekebalan) terhadap AZT, Nevirapine dan NNRTI lain (jenis-jenis obat antiretroviral yaitu obat yang hanya bisa menekan replikasi atau perkembangan HIV di dalam darah).
Sampai saat ini upaya untuk menemukan vaksin HIV baru pada tahap uji coba klinis. Jadi, kabar tentang bintangor ini membawa angin segar bagi dunia medis karena sampai sekarang upaya yang dapat dilakukan terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV barulah sebatas memberikan obat-obat antiretroviral. Selain harganya malah obat ini pun menimbulkan efek samping. Jadi, pengembangan obat anti-HIV dari sari tanaman akan jauh lebih amat jika dibandingkan dengan obat dari bahan-bahan kimia.
Beberapa tahun yang lalu MediChem melibatkan 32 relawan yang HIV-positif yang belum pernah memakai obat antiretroviral untuk percobaan klinis di enam pusat penelitian medis di AS selama enam bulan. Ujicoba pemakaian Calanolide A akan mengevaluasi aspek-apsek keanaman, farmakologis dan efek dari dosis yang dipakai. Penelitian dilakukan secara acak dan bertahap serta menerapkan cara double-blind yang dikontrol dengan plasebo. Penelitian pada uji coba ini juga akan menganalisis efek zat terhadap viral load (kadar HIV di dalam sirkulasi darah), CD4 (sel darah putih yang sudah dirusak oleh HIV, kadar CD4 mencerminkan tingkat sistem kekebalan tubuh) dan resistansinya terhadap virus (HIV).
Dalam kasus HIV/AIDS viral load dan CD4 sangat menentukan karena terkait dengan kondisi dan tingkat kekebalan tubuh seseorang yang HIV-positif. Jika zat dari bintangor ini dapat mempengaruhi viral load dan CD4 maka akan membawa harapan yang besar bagi dunia farmasi khususnya dan dunia medis pada umumnya karena obat antiretroviral yang tersedia sekarang hanya dapat menahan laju perkembangan HIV di dalam darah.
Obat dari tanaman sudah lama dikenal dalam peradaban manusia. Di Indonesia jamu sudah dikenal sejak lama. Tidak mengherankan kalau kemudian dunia pendidikan tinggi pun menaruh perhatian yang besar terhadap obat dari tanaman. Peneliti di Universitas Nasional Singapura, misalnya, sudah sejak lama mengembangkan 75 jenis sari tanaman yang juga sudah lama dipakai sebagai obat tradisional di daratan Cina, Indonesia dan Jepang. Sari tanaman itu juga terbukti dapat menahan atau menghambat laju pertumbuhan HIV di dalam darah.
Lima di antara 75 jenis tanaman itu ternyata tanaman asli Indonesia yaitu delima (Punica granatum L.), sambilata (Andrographis paniculata, Ness.), sidawayah (Woodfordia floribunda, Salisb.), tapak liman (Elephantopus scaber L.) dan trengguli (Cassia fistula L.).
Cina sendiri rupanya sejak lama sudah jauh lebih maju dalam mengembangkan tananam sebagai obat, termasuk obat untuk HIV/AIDS. Paling tidak ada 103 jenis obat yang diolah dari rempah-rempah yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan HIV/AIDS.
Salah satu obat yang dikenal di Cina sebagai “Sing Ming Quan Gao Zi” atau FESOL (The Fluid Extract of The Spring of Life atau ‘sumber kehidupan’) yaitu sari cair tanaman dilaporkan sudah diujicoba sebagai obat anti-AIDS. Obat ini sudah diuji oleh badan penguji obat dan bahan kimia di Provinsi Yunnan, Cina,Obat tradisional ini sudah mendapat registrasi dari pemerintah Cina berdasarkan UU Pengaturan Obat dan Bahan Kimia Baru di Yunnan. Bahkan Bureau of Traditional Chinese Medicines, Cina, sudah memberikan sertifikat standar kualitas ekspor untuk obat ini tahun 1996.
Jadi, kalau kita tidak segera mengembangkan tanaman sebagai bahan baku obat maka tidak tertutup kemungkinan kita akan menjadi konsumen terbesar dari obat-obatan yang bahan bakunya justru berasal dari negeri ini.
Apalagi dikaitkan dengan kasus HIV/AIDS yang terus bertambah di Indonesia maka pada suatu saat akan diperlukan banyak obat. Sampai saat ini perkiraan kasus HIV/AIDS di Indonesia berkisar antara 80.000 - 120.000. Angka ini tidak bisa dianggap main-main karena epidemi HIV terkait erat dengan aspek ekonomi dan sosial.
Jika seorang anggota keluarga terinfeksi HIV maka diperlukan uang untuk membeli obat antiretroviral. Kalau sudah mencapai masa AIDS (antara 5-10 tahun setelah terinfeksi) maka biaya pengobatan bertambah karena akan muncul penyakit yang disebut sebagai infeksi oportunistik, seperti diare, jamur, TB, dll. Yang bersangkutan tidak dapat lagi bekerja dan anggota keluarga pun harus ada yang mengurusnya sehingga mempengaruhi penghasilan keluarga.
Maka salah satu harapan jutaan penduduk dunia yang sekarang hidup dengan AIDS (Odha) pun antara lain berada di tangan ahli obat-obatan tradisional.

1.10 Kelemahan Obat Herbal
Pertama, terlalu bombastis. Masih ingat dalam ingatan ketika VCO atau buah merah yang di-claim bisa mengobati penyakit A, B, C, … sampai Z. Para ahli pun bertanya: mana buktinya? Mana penelitiannya? Ya perlu dipahami bahwa para tenaga kesehatan kita perlu bukti untuk bisa percaya terhadap herbal. Oleh karena itu, pemerintah sekarang dengan sangat gencar menggarap program “Saintifikasi Jamu”. Saya ambil contoh: ada suatu sediaan JAMU, dalam kemasan menyebut : berkhasiat untuk mengobati penyakit HEPATITIS A. Ini tidak boleh. Boleh disebutkan jika tertulis : JAMU X untuk mendukung terapi penyakit Hepatitis A. Jadi bukan JAMU X yang menyembuhkan, hanya sebagai terapi suportif dalam penyembuhan suatu penyakit.
Kedua, yaitu tentang efek kerja herbal. Obat herbal bekerja tidak “ces-pleng/joss” seperti obat sintetis, obat herbal perlu waktu (onset) lebih lama karena model aksi kerjanya juga berbeda. Jadi jika Anda menemui JAMU untuk asam urat, namun bisa menyembuhkan rasa sakit dalam waktu kurang dari 1 jam, justru Anda patut curiga. JAMU tersebut pasti dicampur dengan Dexamethason, obat sintetik yang emang ces-pleng untuk hilangkan pagal-pegal.
Jadi obat herbal lebih tepat digunakan untuk penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus, asam urat, kolestrol, kanker, dsb, dan tidak cocok untuk penyakit akut atau perlu efek/tindakan yang cepat. Karena mode aksinya berbeda. Rheumaner (obat herbal-fitofarmaka) memang potensinya lebih rendah dibanding Indometasin (obat sintetik). Tapi tentu efeknya akan berbeda, karena farmakologi molekulernya juga berbeda. Indometacin melalui aksi penghambatan COX saja, sedangkan Rheumaner karena dari tanaman maka kandungan zat aktifnya banyak dan punya aksi farmakologis sendiri-sendiri dan saling mendukung satu sama lain, kerjanya sinergis.
Efek samping obat kimia lebih besar karena di senyawa tunggal dan diaplikasikan/diberikan dalam jumlah besar jika kerjanya tidak selektif bisa mempengaruhi organ fisiologis lain sehingga muncul efek yang tidak diinginkan. Lalu apakah obat herbal selalu aman dan tidak ada efek samping? Jangan salah, obat herbal pun bisa berperilaku layaknya obat sintetis. Seperti contoh Datura metel (kecubung) yang digunakan untuk obat asma, kalau berlebihan bisa bikin mabuk karena kandungan tropan alkaloid bisa berperilaku seperti atropine. Mahkota dewa, yang dijadikan obat adalah daging buahnya, namun jika biji kulit ikut tercampur bisa mengakibatkan pusing, mual, dan muntah. Cabe jawa, bisa menyababkan keguguran pada ibu-ibu di awal kehamilan. Symphytum comfrey bisa membuat hepatotoksik (kerusakan hepar/hati)

1 komentar: